Telukkuantan, sebuah kota di Kabupaten Kuantan Singingi yang dibelah oleh Sungai Kuantan, memiliki potensi luar biasa yang selama ini mungkin belum tergali secara optimal. Tepian Narosa, kawasan ini adalah tempat akar budaya digelar Pacu Jalur. Gagasan untuk mengubah Tepian Narosa menjadi sebuah waterfront city atau kota tepi air adalah sebuah ide brilian yang patut kita sambut dengan antusiasme.
Gagasan ini telah diwacanakan sejak pemerintahan sebelumnya. Dan kini tengah diupayakan eksekusinya oleh pemerintahan Suhardiman Amby-Mukhlisin. Bayangkan saja, Tepian Narosa yang kini mungkin hanya ramai pada momen-momen tertentu, dapat bertransformasi menjadi pusat kegiatan yang hidup sepanjang hari.
Dengan konsep waterfront city, area ini tidak hanya akan menjadi destinasi wisata, melainkan juga ruang publik yang nyaman bagi warga Telukkuantan dan Kuansing khususnya. Desain yang terintegrasi akan memungkinkan kita menikmati keindahan sungai sembari bersantai di kafe-kafe tepi air, berolahraga di jalur pejalan kaki dan sepeda yang teduh, atau bahkan menikmati pertunjukan seni di amfiteater terbuka dengan latar belakang sungai yang menawan.
Yang membuat gagasan waterfront city di Tepian Narosa semakin kuat adalah relevansinya dengan Pacu Jalur, budaya kebanggaan masyarakat Kuantan Singingi yang telah mendunia. Sungai Kuantan, dan khususnya Tepian Narosa, adalah panggung utama dari perhelatan akbar ini. Dengan konsep waterfront city, kita bisa mengintegrasikan warisan budaya ini secara lebih mendalam.
Area waterfront bisa dirancang untuk menjadi “rumah” bagi Pacu Jalur sepanjang tahun. Misalnya, tersedia fasilitas permanen untuk perawatan jalur, museum mini yang menceritakan sejarah dan makna Pacu Jalur, atau area khusus untuk demonstrasi cara mendayung jalur. Saat perayaan Pacu Jalur tiba, Tepian Narosa akan menjadi titik fokus yang sempurna, dengan tribun penonton yang lebih nyaman, area kuliner yang teratur, dan aksesibilitas yang jauh lebih baik bagi wisatawan dan masyarakat lokal.
Ini akan mengangkat citra Pacu Jalur ke level internasional, menjadikannya bukan hanya perlombaan, tetapi juga festival budaya yang terintegrasi dengan keindahan kota tepi air. Lebih dari itu, pengembangan Tepian Narosa sebagai waterfront city juga akan membawa dampak ekonomi yang signifikan. Sektor pariwisata akan menggeliat, menciptakan lapangan kerja baru, dan menarik investasi ke Telukkuantan.
Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan tumbuh pesat, menyediakan beragam produk dan jasa yang menarik bagi pengunjung. Perekonomian lokal akan merasakan efek domino positif, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Terlebih lagi, dengan adanya event Pacu Jalur yang terwadahi dengan baik, potensi ekonomi dari turisme budaya akan meningkat drastis.
Namun, tentu saja, mewujudkan impian ini bukanlah tanpa tantangan. Perencanaan yang matang adalah kunci utama. Kita perlu memastikan bahwa pengembangan ini selaras dengan kelestarian lingkungan, tidak mengganggu ekosistem sungai, dan tetap mempertahankan kearifan lokal. Partisipasi aktif dari masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah akan sangat vital dalam menyusun desain yang inklusif dan berkelanjutan.
Indonesia sendiri memiliki beberapa contoh kota yang telah berhasil mengembangkan konsep waterfront city dan merasakan manfaatnya. Ini bisa menjadi inspirasi bagi Telukkuantan. Misalnya, Makassar, Sulawesi Selatan, kota ini telah berhasil merevitalisasi kawasan pesisirnya, terutama di sepanjang Pantai Losari. Dari yang dulunya kumuh, kini Pantai Losari menjadi ikon kota dengan fasilitas publik yang lengkap, area kuliner, dan ruang terbuka hijau yang menarik ribuan pengunjung setiap harinya.