Cuaca panas yang melanda Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru, menjadi berkah bagi para penjual minuman dingin tradisional. Salah satunya adalah penjual es tebak, yang mencatat lonjakan omzet hingga 50 persen sejak kemarau melanda. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah Riau, termasuk Pekanbaru, telah memasuki musim kemarau. Suhu udara yang tinggi mendorong masyarakat mencari minuman segar untuk mengatasi rasa haus dan panas.
Candra, salah satu pedagang es tebak di Pekanbaru, mengaku penjualannya meningkat tajam sejak usai Idulfitri 2025. “Cuaca panas bikin orang lebih sering beli minuman dingin. Es tebu dan es teler juga laris, tapi es tebak tetap jadi favorit pelanggan, terutama siang hari,” ujarnya saat ditemui di lapaknya, Minggu (1/6/2025). Ia juga menambahkan bahwa dalam sehari bisa menjual dua kali lipat lebih banyak dibanding hari biasa sebelum kemarau.
Minuman seperti es tebak memiliki cita rasa khas dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat Riau saat musim panas. Campuran santan, sirup merah, tape, dan potongan kelapa muda menjadi daya tarik tersendiri di tengah teriknya matahari. “Selain cuaca, rasa nostalgia juga bikin orang suka beli es tebak. Anak-anak sampai orang tua semua suka,” imbuh Candra.
BMKG memprediksi bahwa musim kemarau di wilayah Riau akan berlangsung hingga Agustus–September 2025. Para pedagang pun berharap momen ini bisa dimanfaatkan untuk menambah penghasilan. “Selama stok bahan cukup dan cuaca panas, kami optimistis omzet tetap naik. Yang penting jaga kualitas rasa dan kebersihan,” tutup Candra. Fenomena ini menunjukkan bagaimana kondisi alam turut menggerakkan roda ekonomi sektor informal, terutama di bidang kuliner tradisional. Es tebak kembali menjadi primadona yang menyegarkan sekaligus menguntungkan.