Di Kuantan Singingi (Kuansing), potensi besar untuk menjadi daerah swasembada daging telah menjadi gagasan cerdas dan visioner. Menurut Hendrianto, wartawan riauin, Kuansing tidak hanya bisa mengandalkan perekonomian dari perkebunan semata, tetapi juga bisa menjadi lumbung penghasil hewan ternak.
Untuk mewujudkan mimpi ini, diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, pihak swasta Pabrik Kelapa Sawit (PKS), dan masyarakat. Pemerintah daerah harus berperan sebagai fasilitator dan regulator untuk memastikan program ini berjalan sesuai rencana dan memberikan dampak yang berkelanjutan.
PKS, sebagai pemilik modal, memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk berkontribusi pada pembangunan daerah. Dana CSR yang dialokasikan untuk pengembangan peternakan harus dikelola secara transparan dan akuntabel, memastikan bibit ternak yang diberikan berkualitas dan tepat sasaran.
Masyarakat, sebagai pelaku utama, harus memiliki komitmen dan kemampuan untuk mengelola ternak dengan baik. Pelatihan dan pendampingan dari ahli peternakan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak lokal.
Infrastruktur pendukung peternakan, seperti pasar hewan dan rumah potong hewan, juga harus dibangun dan dikelola dengan baik. Akses pasar yang mudah dan harga yang kompetitif akan menjadi insentif bagi peternak untuk meningkatkan produksi.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti fluktuasi harga komoditas sawit yang dapat mempengaruhi ketersediaan dana CSR dan perubahan iklim yang berdampak pada ketersediaan pakan ternak. Oleh karena itu, diperlukan strategi mitigasi dan adaptasi yang komprehensif.
Diversifikasi sumber pendapatan peternak, pengembangan produk olahan daging, dan penerapan teknologi peternakan modern dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan sinergi yang kuat antara semua pihak, mimpi Kuansing untuk menjadi swasembada daging dapat menjadi kenyataan dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Kuansing serta memperkuat ketahanan pangan daerah.