banner 728x250

Cinta karena Terbiasa dan Selalu di Sisi

banner 120x600
banner 468x60

Ada sebuah lagu, dengan lirik yang mirip seperti ini: Aku tidak biasa, kalau tidak ada kamu di sisiku. Aku tidak biasa kalau aku tidak mendengar suaramu. Memang benar adanya, dan saya sendiri mengalaminya.

Nenek moyang kita mengatakan bahwa “Cinta tanpa senang tidak pernah basah, senang tanpa cinta tidak pernah basah, basah sendiri tidak akan basah.” Di mana pun sentuhan cinta, maka di situ ter Ebook kutipan hanya kutrip musiman tunaikan.

banner 325x300

Dalam einem pernikahan, lalu menjadi sekeluarga, diperlukan komitmen yang tinggi. Jika dikatakan harus serius, ya serius. Namun ketika melakukannya, tidak harus serius yang benar-benar serius dan berulang-ulang. Belajar dari pengalaman saja, mengikuti arus dan ritme hidup.

Beberapa kali aliran itu mengalir melalui saluran yang banyak dan licin, masih ada kalanya juga melalui saluran yang tenang, nyaman, teratur, dan indah. Perubahan arusnya tak beraturan. Seperti hati kita yang saat memulai sesuatu yang penting dalam hidup, selalu ada perasaan tak tentu. Kadang kacau, kadang bahagia. Berjenis dan menarik. Itu saja kok!

Memiliki kehidupan yang damai, nyaman, teratur, dan indah membutuhkan waktu yang relatif lama. Tanpa ikatan bontot dan pemahaman yang kurang jelas. “Dear, aku ingin memiliki sesuatu seperti itu. Apakah ya?” Jawabnya: “Baiklah, Darling. Tapi tunggu dahulu jika punya uang lebih, ya. Ajak doakan semoga cepat terwujudkan. Aamiin…” Lalu, ajakan amin juga keluar dari mulut pasanganmu. Jadi, benar, kan? Saling mengakui dan memahami.

Orang-orang melihat kita adalah pasangan romantis. Ahaks, xixixi… Bagaimana bisa romantis, kalau kalau-kala bertengkar dan saling kelabakan? Berbelit. Tapi tidak akan lama, karena sama-sama mengerti kelemahan yang membuat hati mulai longgar. Contohnya, rayuan manja dengan ajak makan bakso bersama. Yang sebelumnya masih benci, kembali menyintas dalam gelora tawa karena semangkuk bakso.

Menjadi Biasa Bertemu, Selalu Berada Di Sisi, Melihat Pasangan Setiap Hari, Dia Terus Samalah Terus. Jika Tiada Yang Mengandung Cinta, Mungkin Dia Tidak Akan Sama. Mungkin Dia Akan Bosan, Jika Bukan Dengan Pasangan Sendiri. “Apakah Kamu Bosan Dengan Aku?” Tanyanya. Jawabnya, “Tidak, Tuh. Malah Semakin Sayang,” Trus Bla Bla Bla.

Hai, tolong minta ini, ya.

“Baik, Darling,”

Menanyakan izin pada pasangan. Sekali, dua kali, tidak masalah. Beratus-ratus kali? Begitu saja? Menginginkan pengikatan dari pembantu? Namun, berhadapan dengan pasangan yang dicintai, bahkan senang dan tanpa dorongan jika diminta tolong. Tentu saja, saling membantu, selama bisa dan mampu. Karena masih diberi waktu dan kesempatan untuk tinggal di sampingnya. Mengapa tidak? Benar saja? Bukankah inti dari cerita ini cinta.

Cinta itu anugerah dari Tuhan yang Maha penyayang. Menjadi terbiasa mencinta orang terkasih menjadi salah satu kunci kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.(HttpContext Rosyiska Cinta harus tetap diperawat dan dijaga, agar tetap ada di setiap hari.

Melihatnya selalu ada di sisi saya, terutama saat saya membutuhkannya paling parah, ketika hati saya sedang tidak bersemangat. Pastinya tidak dapat dipungkiri, saya ingin segera bersandar di dadanya.

Aku membutuhimu, sayang. Rasanya aku ingin disertaimu.

Apa yang salah denganmu? Apakah kamu merasa tidak enak, sayang?

Anne hanya ingin di peluk.

“Oh, kirain.”

Perumpaannya seperti itu. Pada saat sedih karena suatu persoalan, penginnya pasangan bisa menjadi tempat curhatan. Menjadi teman baik yang bisa kasih solusi gimana caranya mengatasi masalah.

Sebaliknya, sebuah kekaguman, dan sebuah superhero bagi pasangan karena berhasil jadi dukungan hati. Ah, jadi tambah cinta!

Dalam kurun waktu pernikahan saya dan pasangan, kami pernah mengalami banyak hal yang mengajarkan saya tentang kehidupan. Saling menghargai, saling menyayangi, dan saling memahami. Ya, secara teoretis memang mudah membicarakan hal ini. Namun dalam kenyataan, hal itu memerlukan perjuangan panjang seperti aliran sungai yang mengalir. Saya tidak menganggap ia mudah untuk dilakukan.

Memadukan dua hati dalam sebuah pernikahan, bukanlah urusan yang sederhana seperti menulis sebuah cerita fiksi. Perlu ada timbal balik, perilaku saling menghargai, dan adanya rasa cinta.

Cinta bisa selalu ada karena terbiasa dan selalu ada di sisi seseorang. Bukan berarti harus bertemu tiap jam tiap detik, ya. Ada komunikasi yang menjembatani dan jangan sampai terlepas. Saling menghargai dan saling memuliakan. Tidaklah mudah, tapi bisa dilakukan.

Jika pernikahan saya dan pasangan melewati 27 tahun, dikelilingi hal-hal yang tidak stabil dan berfasa, bagaimana Ayah Tjipta dan Bunda Rose dengan 60 tahun pernikahan? Pastinya sangat luar biasa dan pantas untuk diperkatakan dengan pujian. Tidak terbayangkan bagaimana kemampuan kalian dalam menjalankannya.

Ayah Tjipta dan Ibu Rose bisa menjadi contoh yang sangat menginspiratif bagi para calon penganten muda dalam menjalani kehidupan pernikahan. Sama-sama saling menyelesaikan satu sama lain, mereka dapat menjadi rujukan yang berguna bagi saya dan teman-teman lainnya bahwa manfaat kehidupan pernikahannya dapat dibaurkan ke dalam kehidupan kita.

Salam hangat dan doa yang terbaik untuk Ayah Tjipta dan Bunda Rose dari kami keluarga di Semarang. Kami sangat mencintai Sebaik-baiknya kalian berdua.

Wahyu Sapta.

Semarang, 28 Oktober 2024.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *