Para pejabat Cina saat ini sedang mempertimbangkan opsi untuk menjual operasional TikTok di Amerika Serikat kepada miliarder Elon Musk, jika Mahkamah Agung Amerika Serikat tetap bersikeras melarang TikTok beroperasi di Amerika Serikat dan TikTok gagal melawan larangan tersebut.
Di Senin (13/1), dikutip sumber yang mengetahui hal ini, raksasa media sosial X milik Elon Musk, kemungkinan besar akan mengambil alih TikTok di AS dan menjalankan bisnisnya bersama-sama.
Laporan itu juga menekankan, bahwa para pejabat Tiongkok belum mencapai kesepakatan pasti bahwa pertimbangan ini masih di tahap awal.
Diketahui, pejabat-pejabat China lebih memilih biar TikTok tetap berada di bawah kendali induknya, Bytedance. China meminta Bytedance agar mengajukan banding ke Mahkamah Agung AS agar TikTok tetap bisa beroperasi di sana.
Lembaga negara China yang melibatkan diri dalam kasus ini adalah Komisi Pengeledahan Ruang Siber China dan Kementerian Perdagangan China.
Pada awal Januari 2025, Mahkamah Agung cenderung menetapkan keputusan yang akan meniadakan TikTok di AS atau memaksa penjualan TikTok di AS, keputusan ini paling lambat 19 Januari 2025. Para hakim bertujuan meninjau tentang masalah keamanan nasional AS.
Elon Musk adalah konglomerat AS yang sangat berpengaruh di seluruh dunia. Jaringan bisnisnya juga menyebar luas hingga ke Cina. Ia memiliki pabrik pembuatan mobil dan baterai di Cina. Tesla merupakan mobil listrik terlaris kedua di Cina setelah BYD.
Musk memiliki hubungan dekat dengan presiden AS yang dipilih, Donald Trump. Musk berperan besar dalam kemenangan Trump. Menurut laporan yang diberikan kepada Komisi Pemilihan Umum AS pada Oktober 2024, Musk menyumbang $ 75 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun untuk memenangkan Trump dan mendukung para kandidat dari Partai Republik AS selama kampanye 2024.
