Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi, yang biasa disebut Titiek, menceritakan pengalamannya pertama kali menggunakan suatu jenis kendaraan taktis dari TNI Angkatan Laut (AL), yaitu tank amfibi jenis LVT-7.
Titiek menaiki tank ini ketika melakukan pengawasan pagar laut di perairan Tangerang, Banten, Rabu (22/1/2025).
“Pantas, saya pun sama. Saya juga pernah pertama kali dan anaknya juga hanya naik sekali,” ungkap Titiek di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu.
Putri keempat dari Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto, mengaku sempat mengalami kesulitan untuk menaiki kendaraan.
Namun, keterampilan bertenang dan gagah-jaya itu menampakkan dirinya ketika dia menaiki dan menggunakan tank amfibi.
“Ia mengatakan, “Mengakibatkan naiknya agak sulit, tapi ketika sampai di atas kita merasa di atas, jadi terlihat megah banget,” ucapnya.
Diketahui, kemunculan pagar laut misterius setara dengan 30,16 kilometer ini sepanjang sebulan terakhir menjadi perhatian orang banyak.
Paragraf tersebut menjadi: Titiek bersama sejumlah anggota Komisi IV DPR melakukan pengamatan terhadap pagar laut.
Saat berada di sana, ia meninjau sambil menumpangi tanjut jenis amfibi LVT-7.
Titiek mengemukakan bahwa dalam kunjungannya itu, juga dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid, serta KSAL Laksamana Muhammad Ali.
“Kita semua sepakat, sudah Menteri-Menteri juga perintah Presiden untuk membongkar pagar laut itu,” ucap beliau.
Sebagai informasi, adanya pagar laut misterius di perairan Tangerang menjadi sorotan umum setelah menjadi viral di media sosial pada awal tahun ini.
Pagar ini memberikan dampak besar pada masyarakat pesisir.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Banten mencatat sekitar 3.888 nelayan dan 502 pembudidaya yang terkena dampak langsung, mempengaruhi 21.950 jiwa secara ekonomi.
Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa pagar itu dapat merusak ekosistem laut di daerah tersebut.
Menlu dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi siapa yang sebenarnya bertanggung jawab.
“Saya kemarin mendapatkan informasi bahwa sekelompok nelayan yang mengaku sudah memasang pagar laut itu, akan tetapi mereka belum punya jawaban atas panggilan kami untuk memberikan keterangan,” ujar Trenggono di Bali, Minggu (19/1/2025).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengkonfirmasi bahwa penelitian terkait asal-usul dan tujuan pagar laut ini masih sedang berlangsung.
Pagar laut yang terbuat dari bambu setinggi enam meter, anyaman bambu, paranet, dan menggunakan berat dari karung pasir ini dibangun sejak Juli 2024.
Dalam rangka penelitian, KKP telah menutup pagar laut tersebut sejak tanggal 9 Januari 2025 sebagaimana instruksi Presiden Prabowo Subianto.
Pemilik diberi waktu maksimal 20 hari untuk mengangkat pagar tersebut.
Bau Bengkulu propaganda besi pohon siap efektif karena legalitas itu telah upaya KKP dilumatkan.