banner 728x250

Buntut Guru Hukum Siswa SD Duduk di Lantai Karena Nunggak SPP,Menteri PPPA Beri Peringatan

banner 120x600
banner 468x60

– Masalah guru SD memvonis muridnya duduk di lantai karena tidak melunasi biaya kuliah (SPP) masih sangat berdampak.

banner 325x300

Kasus ini mendapat sorotan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi.

Arifatul menyatakan bahwa kejadian siswa sekolah dasar yang dipidana karena terlambat membayar biaya sekolah sipil diduga terjadi di banyak tempat.

Ia memberikan saran kepada sekolah-sekolah lain agar tidak mengulangi eksepresi berupa mimikir seperti itu.

.

Arifatul mengatakan bahwa pihaknya telah memberikan pendampingan kepada siswa SD tersebut.

Dia juga mendapatkan tahu bahwa anak tersebut telah menerima beasiswa.

“Untuk kasus anak yang dipaksa duduk di bawah karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya, dari kementerian kami melakukan pendampingan, bekerja sama juga dengan Kemendikbud, dan telah ada komunikasi dengan mereka. Dan Insya Allah, jika saya tidak salah, anak ini malah akan mendapat beasiswa,” jelasnya.

Arifatul menduga ada kesalahan yang dilakukan oleh pengawas dan guru sehingga terjadi siswa dihukum duduk di lantai karena gagal membayar SPP ( weekday ) sebagai biaya sekolah.

Menurutnya, mereka juga sudah menyiapkan sejumlah sanksi yang akan dikenakan kepada pihak guru tersebut.

“Sebenarnya sudah ada. Karena sebenarnya itu adalah kebijakan dari walikelas. Karena pihak sekolah tidak mengetahui. Ini sedang diproses (sanksi). Mudah-mudahan nanti bisa diinformasikan lebih lanjut,” kata dia.


Lembaga donor memberikan hukuman pada Guru Haryati

Ketua Yayasan Abdi Sukma Medan, Ahmad Parlindungan mengatakan, guru Haryati mendapat perintah untuk sementara waktu tidak boleh mengajar.

” Kami yayasan akan memberikan pembebasan tanpa mengajar atau skorsing, sampai waktu yang ditentukan kemudian,” ungkap Ahmad Parlindungan mengutip dari TribunMedan.com.

Menurutnya, yayasan dan sekolah tidak pernah membuat peraturan tersebut.

Pertama-tama efek negatif seperti mengalami penipuan atau spam. Kecuali itu, saya jangan melarang langsung akses ke situs. Ini tergantung dari data yang masuk.

Ia menjelaskan bahwa adik kandung korban yang duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar itu belum membayar SPP selama tiga bulan.

Wali kelas membiarkan saya mengikuti pelajaran seperti bagian dari siswa lain.

Ahmad menambahkan Haryati yang bertugas sebagai wali kelas tidak memiliki masalah pribadi dengan orang tuanya korban.

Pihak sekolah telah meminta maaf pada keluarga korban atas kesalahan tersebut.

“Itu sudah beres. Sudah menanyakan maaf. Anaknya berdua ada di sini, kelas 4 dan kelas 1 SD. Nah, yang kelas 1 ini tidak ada masalah. Sama-sama tidak melunasi biaya sekolah,” jelasnya.

Sementara itu, kepala sekolah, Juli Sari, mengakui bahwa siswa yang terlihat di video itu berutang pembayaran SPP.

Namun, pihak sekolah mencemarekan dengan hukuman yang dibuat Haryati sehingga viral di media sosial.

“Saya juga baru tahu siswa itu duduk di lantai setelah ayahnya ada di sekolah, beliau menemui saya menangis,” ujarnya.

Juli mengatakan bahwa Haryati membuat peraturan sendiri tanpa disadari oleh pihak sekolah.

“Wali murid juga telah dipanggil. Saat kejadian itu, orang tuanya menangis sambil menangis. Dan masalah ini telah kami selesaikan pada hari itu juga,” katanya.

Ia belum dapat menetapkan sanksi tersebut kepada Haryati karena perlu mengadakan rapat dengan pemilik yayasan.

Tentu (pemecatan belum ada). Hanya saja telah digelari karena tidak boleh seperti itu, dan jangan mengulangi hal tersebut lagi.

“Sementara kemungkinan dipecat atau tidak adalah keputusan dari yayasan, saya tidak berani mengatakan iya atau tidak karena Senin akan ada rapat untuk menentukan yang terbaik untuk sekolah dan wali kelas,” pungkasnya.


Kata pihak kepolisian

Petugas kepolisian juga turun tangan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomatik.

Kepala Polsek Delitua, Kompol Dedy Dharma, menyatakan kepada orang tua belajar sudah bertemu dengan Haryati sekaligus pihak sekolah.

“Saya telah meminta Anggota Bhabinkamtibmas untuk memeriksa langsung kebenaran video yang telah menyebar,” katanya, Minggu (12/01/2025).

Menurut keterangan dari pihak sekolah, hukuman yang diberikan oleh Haryati tidak ada dalam ketentuan sekolah.

“Sudah ditanyakan langsung ke pemilik yayasan dan kepala sekolah, tidak ada larangan siswa belajar karena SPP menunggak,” katanya tegas.

Ia menjelaskan masalah ini merupakan kesalahan wali kelas yang tidak berkomunikasi dengan kepala sekolah sebelum mengambil tindakan.

Sudah dibayar, bahkan untuk sekolah mulai dari dulunya pun sudah dilunasi.

“Guru kelas menyadari tindakannya dan sudah meminta maaf kepada orang tua siswa. Hasilnya, mereka bisa saling memaafkan satu sama lain,” kata Dia.


不到 Tak mengisi buku pelajaran anaknya, ada orang tua siswa SD yang membantu viralkan perbuatan Guru Haryati

Video murid SD terpaksa duduk di lantai kelas oleh gurunya melambangkan kontroversi di media sosial setelah diunggah oleh ibu korban.

Peristiwa itu selesai terjadi di SD Yayasan Abdi Sukma, Medan, Sumatra Utara (Sumut), mulai Senin (6/1/2025) hingga Rabu (8/1/2025).

Selama tiga hari, siswa kelas 4 SD yang berinisial MI (10) dipaksa duduk di lantai karena keterlambatan bayar SPP selama tiga bulan.

ayah korban, Kamelia (38), mengaku tidak ingin memperbanyak kasus ini jika wali kelas bernama Haryati meminta maaf atas perbuatannya.

Tapi, Haryati tidak merasa bersalah dan mengajak Kamelia untuk membagikan video itu.

Jadi maknanya buat video itu, tadi bukan buat menjadi seperti ini (viral), memang bukan begitu.

“Saya hanya ingin mengajarkan, karena saya ditantang oleh gurunya untuk berjaya. Saya katakannya kepada ibu, jangan sampai perbuatan ini merebak atau berita tentangnya menyebar.” katahari, Minggu (12/1/2025).

Pihak sekolah menyatakan telah memberikan banyak bantuan kepada kedua anaknya, yaitu anaknya yang duduk di kelas 4 dan kelas 1.

Kamelia tidak menerima sikap Haryati yang merendahkan anaknya di hadapan teman-temannya selama tiga hari.

Saya hanya mencoba membuat video itu untuk memberikan sumber belajar, bukan untuk menjadi viral atau mengharapkan dukungan itu ставsuchnya.

“Saya juga tidak memiliki niat untuk membuat jeleka sekolah, tidak. Saya hanya menyia-nyiakan sikap oknum gurunya,” jawabnya.

Menurutnya, hanya guru Haryati yang bersikap arogan di sekolah tersebut sehingga semua guru terkena dampaknya.

“Hanya guru itu yang seperti ini dengan muridnya, jadi supaya ada efeknya juga. Jangan ada (kesamaan) yang dialami oleh anak saya, jangan ada korban lagi,” katanya.

Kamelia berencana memindahkan anaknya ke sekolah lain karena trauma yang dialami.

Jika sekolah memecat wali kelas bernama Haryati, Kamelia tidak akan mengubah sekolahnya.

Saya bertemu dengan kepala sekolah, kalau dia tidak datang, saya akan memanggil anak saya.

“Karena anak saya sudah traumatik,” ucapnya, Sabtu (11/1/2025).

Menurut Kamelia, seorang yang menggunakan bantuan Murid Intelek, akan dibenci para guru lantaran konten videonya yang telah menyebarkan di media sosial.

MI juga akan trauma melihat Ibu Haryati yang menduduki bangku penjara.

“Ir webpack Anda tahu, dengan jelas anak saya pasti akan menyenangkan anak,” katanya.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *