Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru kembali mencatat kemunculan titik panas di Pulau Sumatera. Berdasarkan data yang dirilis pada Senin (2/6/2025) sore, sebanyak 20 hotspot terdeteksi di tiga provinsi di wilayah tersebut. Petugas BMKG Pekanbaru, Yudhistira, menyebutkan bahwa Sumatera Barat dan Sumatera Utara menjadi dua wilayah dengan jumlah hotspot terbanyak, masing-masing mendeteksi 9 titik. Titik panas tersebut terekam melalui pengamatan satelit dan bisa menjadi sinyal awal potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), meskipun belum dapat dipastikan seluruhnya merupakan titik api.
Provinsi Riau juga terpantau memiliki dua titik panas, yang semuanya berada di Kabupaten Siak. BMKG mengingatkan agar pemerintah daerah dan masyarakat tetap waspada, terutama di kawasan yang rawan terjadi karhutla. Pemantauan ini merupakan bagian dari langkah deteksi dini bencana, seiring dengan mendekatnya puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Juli atau Agustus mendatang.
Dalam keterangan yang disampaikan oleh Yudhistira, petugas BMKG Pekanbaru, tidak hanya Sumatera Barat dan Sumatera Utara yang terdampak oleh hotspot, tetapi Provinsi Riau juga menjadi perhatian dengan adanya dua titik panas di Kabupaten Siak. Hal ini menunjukkan bahwa potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan semakin meningkat di wilayah tersebut.
Pengamatan titik panas dilakukan melalui satelit dan merupakan upaya untuk memperkirakan potensi terjadinya karhutla. Meskipun belum dapat dipastikan bahwa seluruh titik panas merupakan titik api, namun kehati-hatian tetap diperlukan untuk mencegah dampak yang lebih luas. BMKG terus memantau perkembangan titik panas ini sebagai langkah awal dalam mengantisipasi potensi bencana.
Pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah-wilayah terdampak diminta untuk tetap waspada dan siap menghadapi potensi terjadinya karhutla. Langkah deteksi dini ini menjadi sangat penting mengingat mendekatnya musim kemarau yang dapat memperburuk kondisi kebakaran hutan dan lahan. Dengan adanya pemantauan yang dilakukan oleh BMKG, diharapkan penanganan terhadap potensi bencana ini dapat dilakukan secara lebih efektif.