Dikha, si penari cilik dari haluan jalur Tuah Koghi Dubalang Ghajo, telah menjelma menjadi fenomena tak terduga. Gerakannya yang memukau dan spontan bukan hanya menghibur, tetapi juga membawa berkah luar biasa bagi pariwisata Kuantan Singingi, khususnya tradisi pacu jalur. Bocah ini berhasil mengubah pacu jalur dari sekadar tontonan lokal menjadi magnet internasional.
Selama ratusan tahun, pacu jalur, tradisi adu cepat perahu panjang yang berakar kuat di Kuantan Singingi, Riau, mungkin hanya dikenal di kalangan domestik. Hanya segelintir wisatawan lokal yang datang setiap tahun untuk menikmati keriuhan lomba yang menjadi kebanggaan masyarakat Kuansing ini. Namun, kehadiran Dikha mengubah segalanya.
Video-video Dikha yang viral di berbagai platform media sosial telah melampaui batas geografis, memperkenalkan keunikan pacu jalur ke khalayak global. Tariannya yang ekspresif di ujung jalur, lengkap dengan cengiran polos dan gerak spontan yang sarat energi, bukan hanya menghibur, tetapi juga membangkitkan rasa ingin tahu akan budaya dan tradisi yang melahirkannya.
Berawal dari rekaman amatir yang tersebar luas, sosok Dikha dengan cepat menjadi perbincangan. Ribuan, bahkan jutaan pasang mata dari seluruh penjuru dunia menyaksikan kelincahan bocah ini di atas jalur. Komentar positif membanjiri, memuji keaslian dan semangat yang dipancarkan Dikha. Tanpa disadari, Dikha menjadi duta pariwisata tak resmi bagi Kuantan Singingi, sebuah wilayah yang sebelumnya mungkin asing bagi banyak orang.
Fenomena tarian spontan Dikha dengan cepat meresap ke dalam budaya internet. Di platform seperti TikTok dan YouTube, video Dikha menjadi inspirasi bagi banyak kreator konten. Ribuan, jika tidak jutaan, YouTuber dan TikToker dari berbagai negara mulai membuat video parodi dan tantangan menirukan gerakan khas Dikha.
Mereka mengombinasikan video Dikha dengan berbagai latar musik, terutama lagu “Young Black & Rich” karya penyanyi Amerika Melly Mike, menciptakan tren global yang dikenal sebagai “Aura Farming.” Istilah ini, yang dipopulerkan oleh akun TikTok @h.chua_212 pada Januari 2024, melekat kuat pada fenomena Dikha, merepresentasikan kemampuan untuk menarik perhatian dan menjadi viral secara alami.
Kehebohan ini tidak berhenti di kalangan influencer media sosial. Bahkan klub sepak bola raksasa Eropa, Paris Saint-Germain (PSG), ikut meramaikan tren ini. Pada Rabu, 2 Juli 2025, akun resmi PSG mengunggah video yang menampilkan para pemainnya menirukan gerakan tarian Dikha. “Auranya sampai ke Paris,” tulis mereka dalam keterangan unggahan tersebut, sebuah pengakuan yang menunjukkan betapa luasnya jangkauan viral Dikha.