Jepang mempertahankan reputasi sebagai salah satu negara dengan harapan hidup yang tinggi.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2022, harapan hidup di Jepang mencapai 84,3 tahun, menjadikannya negara dengan harapan hidup terlama di dunia.
Penelitian yang dilakukan oleh M G Marmot dan George Davey Smith pada tahun 1989 menunjukkan bahwa salah satu rahasia umur panjang orang Jepang ialah pola makan mereka.
Studi ini menyoroti bahwa konsumsi makanan yang kaya akan antioksidan menjadi faktor krusial yang berkontribusi terhadap usia panjang mereka.
Jadi, makanan antioksidan apa saja yang menjadi bagian dari pola makan orang Jepang yang mendukung masa lalu baik mereka? Ayo kita lihat lebih lanjut.
Sayuran Kaya Antioksidan dalam Diet Tradisional Okinawa Orang Jepang
Pola makan yang diterapkan oleh orang Jepang sering kali mengikuti prinsip yang dikenal sebagai ‘diet Okinawa’, yaitu sebuah pola makan yang lebih berfokus pada kesehatan daripada untuk menurunkan berat badan.
Diet ini telah menjadi pola makan yang paling populer diadopsi oleh orang Jepang sejak akhir abad ke-20.
Dalam diet Okinawa, ada penekanan pada makanan yang kaya akan antioksidan.
Yeayasan mendesak untuk menimbang kembali pola makan yang telah digunakan sekarang dengan memperbandingan rasio karbohidrat dan protein yang ditetapkan 10:1. Pada dasarnya pola makan ini bagi masyarakat lebih banyak terkonsentrasi pada konsumsi sayuran, tahu, dan udang.
Para ahli percaya bahwa kunci umur panjang penduduk Okinawa yaitu adanya diet tradisional mereka yang tinggi karbohidrat rendah kalori, dan fokus pada tanaman dan sayuran yang ditanam sendiri.
Menurut Profesor Mangestuti Agil dari Universitas Airlangga, diet Okinawa mengandung hidangan yang kaya akan nutrisi tetapi rendah kalori, sehingga penduduknya mengonsumsi kalori secara keseluruhan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Berikut adalah beberapa contoh makanan yang kaya akan antioksidan yang direkomendasikan dalam diet Okinawa:
1. Kecambah (toge)
Bayam muda, juga dikenal sebagai toge, merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh penduduk di Okinawa, Jepang.
Sayuran muda terkenal karena kandungan nutrisinya yang melimpah, termasuk vitamin, mineral, zat bioaktif, dan lainnya, seperti vitamin B, C, K, zat besi, folat, kalium, fosfor, dan antioksidan.
Manfaat kecambah mencakup meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan penyerapan zat besi dan vitamin, mencegah pertumbuhan sel kanker, serta memperbaiki kualitas sperma.
2. Wortel
Mangestuti menjelaskan bahwa warna kemerahan yang khas pada wortel menunjukkan keberadaan Flavonoid, suatu senyawa antioksidan yang kuat dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Mengonsumsi wortel dapat membantu tubuh melawan radikal bebas dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
3. Pare
Maka, dengan rasa yang tadinya pahit, biasa diketahui memiliki kandungan serat dan bahan bioaktif.
Mangestuti mengatakan, kedua kandungan ini dapat membantu mengendalikan kadar gula darah dan telah terbukti melalui penelitian ilmiah.
4. Kubis
Kubis, yang adalah sayuran umum yang banyak dikonsumsi di Indonesia, memiliki kandungan makronutrien penting seperti lemak, protein, dan karbohidrat serta banyak serat, vitamin, dan mineral seperti vitamin C, vitamin B6, folat, dan zat besi.
Kubis tangan penuh antioksidan, sangat cocok ditambah dalam pola makan seperti yang dilekatkan oleh diet leluhur Orang Jepang, yaitu diet Okinawa.
5. Labu
Labu kuning, salah satu komponen penting dalam diet Okinawa, terkenal dengan banyak manfaatnya, termasuk mencegah penyakit kronis, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kesehatan mata, membantu dalam penurunan berat badan, mengurangi risiko kanker, serta menyehatkan jantung dan kulit.
Menurut penjelasan, warna kuning pada labu kuning menandakan adanya Antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan.
• Pola makan rendah kalori: Makanan rendah kalori yang dapat membantu mengurangi berat badan
Dilansir dari Healthline, shokuiku pertama kali dikembangkan oleh Dagen Ishizuka, seorang dokter militer dan pencipta diet dengan mengonsumsi makanan rendah lemak atau makanan makrobiotik.
Selama beberapa dekade terakhir, pola makan ini menjadi populer di seluruh Jepang dan dunia. Bahkan, pada 2005, Jepang melalui “Hukum Dasar Shokuiku” yang mengharuskan program pendidikan gizi di sekolah untuk membantu anak mengembangkan kebiasaan makan ini.
Melalui program ini, anak-anak dipelajari mulai dari cara membaca label makanan hingga kebutuhan gizi sesuai tahapan kehidupan atau umur.
Shokuiku itu lebih fokus pada mengembangkan kebiasaan sehat, dengan efek samping berupa penurunan berat badan dalam jangka panjang. Shokuiku itu mendorong untuk mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya akan nutrisi.
Berdasarkan beberapa penelitian, cara ini dapat mencegah penambahan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas.
Selain itu, shokuiku juga mengajarkan cara berbagi makanan dengan keluarga dan teman. Ini terkait dengan kualitas gizi yang lebih baik dan berat badan yang lebih sehat.
Tahun lalu, saya makan salad sayuran dan kulit buah alpukat. Ibu saya bilang dengan tersenyum, “Bayi! Anda akan lupa ibumu!” yang melatarbelakanginya.