Di tengah dominasi transportasi modern seperti angkutan kota dan layanan berbasis aplikasi, kendaraan roda tiga bernama bajaj masih bertahan di Pekanbaru. Salah satu lokasi yang masih menyimpan jejak kendaraan legendaris ini adalah kawasan Pasar Sago di Jalan Juanda. Bajaj, yang dulunya merajai jalanan ibu kota provinsi Riau, kini nyaris hilang dari pandangan. Namun, bagi Hardonis, pengemudi paruh baya yang telah mengemudikan bajaj sejak tahun 1990-an, kendaraan ini bukan sekadar alat cari nafkah, tapi juga bagian dari identitas hidupnya.

Setiap pagi mulai pukul 06.00 hingga menjelang siang, Hardonis setia mangkal di depan Pasar Sago. Ia melayani para pembeli dan pedagang yang membutuhkan tumpangan ke berbagai sudut kota. “Dalam sehari biasanya bisa bawa 10 penumpang, tergantung ramai atau tidak. Tarifnya fleksibel, tergantung jarak dan kesepakatan,” ujarnya saat ditemui pada Minggu (11/5/2025).

Kini, Hardonis hanya tinggal berdua dengan satu pengemudi bajaj lainnya yang masih beroperasi di Pekanbaru. Persaingan dari transportasi online membuat jumlah penumpang menyusut drastis. Meski demikian, semangatnya belum padam. Ia mengaku tetap menikmati pekerjaannya dan berharap bajaj tetap punya tempat di hati warga kota. “Saya ingin bajaj ini tetap dilirik orang. Selain murah, ini juga kendaraan yang unik dan punya cerita,” katanya.

Menurut Hardonis, bajaj tidak hanya sekadar angkutan, tetapi juga memiliki nilai historis dan emosional yang membuatnya tetap eksis meskipun dalam persaingan dengan transportasi modern. Dengan keyakinan dan semangatnya, ia berharap agar bajaj tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Pekanbaru yang menghargai keberadaan kendaraan legendaris tersebut.