banner 728x250

Avoidant Attachment: Kenapa Mereka Takut Dekat dan Butuh Ruang Sendiri

banner 120x600
banner 468x60

Pernahkah kamu mengalami ketika mempunyai teman, pasangan, atau kenalan yang secara drastis menjauhkan diri ketika hubungan mereka sudah sedang berlangsung bagaikan ketoar? Atau, kamu sendiri mungkin pernah merasa takut untuk terlalu dekat dengan orang lain, padahal pada sisi lain kamu sebenarnya ingin menjalin kesenangan yang dalam dengan orang tersebut? Kalau iya, beberapa sementara waktu kemudian, selanjutnya mungkin kamu atau orang yang Anda kenal menyembunyikan kepribadian keterikatan rendah, yang kemudian disebut kepribadian keterikatan avoidant.

Dalam psikologi, ada teori tentang attachment atau ikatan emosi yang menjelaskan bagaimana cara seseorang membentuk hubungan emosi dengan orang lain. Ragam ikatan ini biasanya terbentuk sejak kecil, berdasarkan hubungan kita dengan orang tua atau pengasuh. Nah, salah satu bentuk attachment yang cukup umum adalah attachment tunduk. Yuk, kita bahas lebih jauh tentang apa itu attachment tunduk dan kenapa mereka sering takut dekat sama orang.

banner 325x300

Apa Itu Avoidant Attachment?

Mereka cenderung menjaga jarak dari orang lain, bahkan dari orang yang mereka sayangi, karena mereka lebih nyaman sendirian atau dengan keterlibatan emosional yang minimal.

Mereka bukan bermaksud tidak peduli atau tidak memiliki perasaan. Sebaliknya, mereka mungkin sangat peduli, tetapi terdapat rasa takut mendalam bahwa jika mereka menjadi terlalu dekat atau bergantung pada seseorang, mereka akan terluka, kecewa, atau kehilangan kebebasan.

Mereka sering merasa takut menghadapi pengalamannya bahwa perbandingan potensi hasil antara 1) dipahami, dan 2) dalam tanggung jawab mereka juga bisa dihasilkan oleh non-BA.

Mari kita lihat alasan-alasan tersebut.

1. Pengalaman Masa Kecil yang Membentuk Identitas Pribadi

Bias dari ikatan takut mungkin berkembang sejak masa kanak-kanak. Mereka yang tumbuh dengan pengasuh atau ayah ibu yang cenderung tidak responsif secara emosi bisa membentuk gaya ikatan ini. Misal, ketika seorang anak butuh perhatian atau cinta Seperti gigitan, tetapi respons dari orang tuanya kurang memadai atau terkesan acuh tak acuh, anak tersebut akan belajar bahwa mengandalkan orang lain itu nggak aman.

Akibatnya, mereka akan mengembangkan pola perilaku untuk melindungi diri dengan menghindari kedekatan emosional. Di masa dewasa, pola ini terus berlanjut dan mereka dan mereka jadi lebih cenderung menjaga jarak dalam hubungan, karena mereka merasa bahwa kedekatan bisa membawa kekecewaan.

2. Takut Kehilangan Kebebasan

Salah satu sifat umum orang dengan gaya hubungan yang evitaf adalah ketakutannya dengan kehilangan kebebasan bila sangat dekat dengan orang lain. Baginya, hubungan yang terlampau erat bisa terasa mengganggu, seperti ada batasan atau peraturan yang membuatnya tidak bisa bertindak bebas.

Mereka takut jika akrab terlalu dekat, mereka akan kehilangan kendali atas hidup mereka dan terjebak dalam situasi yang membuat mereka berasa terikat. Jadi, mereka lebih memilih menjaga jarak agar tetap merasa bebas dan mandiri.

3. Menghindari Ketergantungan Emosional

Orang dengan ketergantungan yang menghindari (avoidant attachment) cenderung menghindari bergantung emosional pada orang lain. Mereka seringkali merasa bahwa bergantung pada orang lain memang terlalu berisiko. Jika mereka bergantung terlalu kuat pada orang lain, ada kemungkinan mereka akan terluka atau kecewa. Oleh karena itu, mereka lebih nyaman mengutamakan kepercayaan diri dan menjaga jarak agar tetap terlindungi dari potensi luka emosional.

Ketergantungan emosional, bagi mereka, dapat dianggap sebagai kelemahan atau ancaman. Mereka khawatir bahwa semakin mereka dekat dengan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka akan terluka jika hubungan tersebut gagal.

4. Sulit Memproses Emosi

Orang dengan akrab informal seperti “cemas keterlambatan akibat pengecualian” sering merasa kesulitan untuk mengidentifikasi dan memproses perasaan mereka sendiri, apalagi untuk membagikannya dengan orang lain. Ketika mereka merasa tertekan atau sedih, respons alami mereka adalah menarik diri dan memproses emosi tersebut sendirian, bukan berbagi dengan pasangan atau teman.

Karena itu, mereka terkesan dingin atau tidak peduli, padahal sebenarnya mereka tidak tahu cara menangani perasaan mereka atau merasa tidak nyaman berbicara tentang hal tersebut.

Berinteraksi dengan Orang yang Menghindari Mengasihi

tetap berjalan baik:

1. Berikan Mereka Ruang

Orang dengan ikatan bermotif rasa takut perlunya waktu dan ruang untuk diri mereka sendiri. Jangan memaksa mereka untuk membuka diri dengan cepat atau terlalu sering meminta perhatian. Biarkan mereka merasa nyaman dengan ruang yang mereka butuhkan. Semakin kamu memberikan ruang, semakin mereka merasa aman dan tidak terbebani dalam hubungan.

Namun, perlu diingat bahwa peranan “pausan” ini cenderung sumpah menjadi terdengar kata asing di telinga beberapa orang yang memahami konteks dialog saat itu. Pada saat itu, tidak ada kata “pausan” yang digunakan secara formal sehingga orang di TPRT kota Tangerang mengistilahkannya sebagai “pausan”

Jika pasangan atau temanmu dengan attachment avoidant terlihat menjauh, jangan langsung menyimpulkan bahwa mereka tidak peduli. Ini lebih untuk melindungi diri dan menjaga perasaan mereka. Alih-alih marah atau kecewa, cobalah untuk memahami bahwa ini adalah cara mereka merespons ketakutan emosional.

3. Ciptakan Kepercayaan Perlahan

Seseorang yang memiliki hubungan ketergantungan preventif membutuhkan waktu untuk membangun kepercayaan pada oranglain. Jangan harap mereka akan terbuka secara emosi dalam sekali waktu. Perlahan-lahan kembangkan kepercayaan dengan tetap hadir, tetapi jangan memaksanya. Saatnya bertelek adalah ketika mereka mungkin akan merasa lebih nyaman dan terbuka.

4. Fokus pada Komunikasi yang Tenang

Penting untuk relaks dan tidak terlalu menekan orang yang memiliki gelombang kelembaman ketika berbicara dengannya. Buatlah lingkungan yang serasi dan nyaman untuk berbicara, tanpa harus menekan mereka untuk berbagi perasaan secara langsung. Biarkan konversasi mengalir secara alami.

5. Bersikap Sabar dan Bertanggung Jawab

Tidak ada teks apa pun untuk di parafrafram.

Bagaimana kamu merasakan tanda-tanda tahan jarak dalam orang yang kamu kenal? Sekali lagi, ini bukan untuk menghukum, ya. Penjelasan ini lebih untuk membantumu mengenali dan sadar terhadap gaya hubungan mereka. Kapan kamu harus memberi mereka ruang dan kapan saatnya membangun kepercayaan bersama? Yuk, bantu dirimu dan orang terdekatmu lebih sadar terhadap dinamika ini, agar hubunganmu bisa terus berkembang dengan sehat dan penuh makna.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *