Kementerian Kebudayaan (Kemenbudpar) akan melakukan riset lagi di Situs Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang sebelumnya sempat terhenti pada tahun 2014. Dr. Ali Akbar, sarjana arkeologi dari Universitas Indonesia, menyambut gembira rencana tersebut.
Penelitian itu sempat dimulai pada 2012, tetapi berhenti pada 2014 karena kurangnya dana dan pergantian pemerintah.
, Kamis (9/1).
“Nah, kita berhenti hari itu, karena memang butuh, apa macamnya, alat yang lebih memadai. Tapi ya, mungkin kan pemerintah waktu itu berubah ya. Jadi ya punya prioritas lain kali gitu ya,” tambahnya.
Dia katakan bahwa penelitian pada tahun 2014 sudah mencapai tahap ekskavasi hingga kedalaman 11 meter.
Kata Ali, saat melakukan penggalian pada kedalaman 4 meter tersebut, ditemukan lapisan tua yang usianya sekitar 5.900 sebelum masehi.
“Kita sudah menggali sampai 2 meter ya, sampai 4 meter seperti itu ya, yang ditemukan lapisan tua itu ya, sekitar 5.900 tahun SM,” katanya.
Dia berharap bahwa dengan dilakukan riset kembali ke Situs Gunung Padang, dapat dilakukan pemugaran, dan diikuti dengan rekonstruksi.
“Saya berharap penelitian di situs Gunung Padang dapat dilanjutkan nanti dengan pelestarian. Setelah diungkap, kita bisa lihat bentuk aslinya. Kemudian direkonstruksi kembali, semakin kuat struktur bangunannya. Dan akhirnya siap dikunjungi oleh banyak orang,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyebutkan alasan mereka memutuskan untuk menghentikan penelitian situs Gunung Padang karena adanya perbedaan pendapat dari para ahli arkeologi.
“Ya, kita juga akan melanjutkan penelitian dan kajian tentang Gunung Padang karena lama sekali tidak dilakukan. Ada berbagai pandangan yang berbeda dari kalangan arkeolog,” kata Menbud Fadli Zon setelah menjabat pengganti Kemenbud, di Gedung A Kemendikbudristek, Jakarta Pusat, Rabu (8/1).
Direncanakan, Fadli akan mengundang beberapa arkeolog yang memiliki latar belakang mazhab berbeda untuk mencari solusi terbaik.
“Dan, saya rasa itu hal yang biasa saja. Malahan perlu kita pertemukan dalam sebuah diskusi, kelompok-kelompok, yang ada mazhab-mazhab yang ada di dalam ilmu arkeologi kita,” katanya.
“Nah ini perlu kita kumpulkan supaya pengetahuannya berdebat dan nanti kita cari yang terbaik, apa yang harus kita lakukan,” tandasnya.