Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memprediksi bahwa piutang pembiayaan industri multifinance sulit untuk bertumbuh mencapai dua kali lipat pada tahun 2024.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menjelaskan bahwa faktor penyebabnya adalah beragam, salah satunya adalah masih ada potensi penurunan daya beli dan penjualan mobil belum membaik.
Jika dilihat dari data OJK, memang kondisi perkembangan industri multifinance jauh lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Menurut data, pertumbuhan industri sempat mencapai 13,48% secara Year on Year (YoY) menjadi Rp 388,64 triliun pada 2022, sedangkan 13,23% YoY menjadi Rp 470,86 triliun pada 2023.
Berdasarkan kinerja terbaru, OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan multifinance sebesar Rp 501,37 triliun pada bulan November 2024. Nilai piutang pembiayaan pada bulan November 2024 meningkat 7,27% secara Year-over-Year.
Menanggapi proyeksi APPI yang hanya tumbuh 7%-8% pada tahun 2025, Kepala Eksekutif Pengawas dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk Lembaga Pembiayaan, Lembaga Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya, Agusman menyebut pihaknya akan terus melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan piutang pembiayaan perbankan mikro pada tahun 2025.
“Diharapkan industri multifinance akan terus tumbuh pada 2025 juga termasuk bagi pembiayaan dengan skema Beli sekarang Bayar nanti (BNPL),” kata dia dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Kamis (9/1).
Selain itu, Agusman menyatakan bahwa pembiayaan perumahan juga merupakan salah satu bidang pembiayaan yang menjanjikan yang bisa dioptimalkan oleh perusahaan keuangan sektor hi-tech pada tahun 2025. Hal itu seiring dengan program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah.