Germo Politik: Dedy Mulyadi Sebut Praktik Korupsi Merajalela di Kuansing
Dalam ceramah Ramadan, Gubernur Jawa Barat Dedy Mulyadi menyulut diskusi panas dengan membahas “germo politik” yang terkait dengan praktik korupsi dan penyalahgunaan anggaran yang merajalela. Analogi yang digunakan oleh Dedy Mulyadi, yaitu membandingkan politik dengan prostitusi, terasa pedas namun relevan dengan realitas di Indonesia, termasuk di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing).
Dedy Mulyadi dalam ceramahnya mengkritik para “germo politik” yang memperdagangkan proyek, jabatan, dan kebijakan demi kepentingan pribadi atau kelompok, bukan demi kesejahteraan rakyat. Hal ini menyebabkan APBD dan APBN yang seharusnya digunakan untuk membangun daerah malah menjadi sarang koruptor.
Kondisi di Kuansing juga tidak jauh berbeda. Beberapa kasus korupsi yang melibatkan pejabat daerah telah mencoreng citra pemerintahan dan merugikan masyarakat. Proyek-proyek pembangunan yang seharusnya memberikan manfaat bagi rakyat justru menjadi ajang korupsi dan penyalahgunaan anggaran.
Ceramah Dedy Mulyadi menjadi pukulan bagi para pejabat di Kuansing untuk berbenah dan menghentikan praktik “germo politik”. Konsep anggaran berbasis syariah yang diusulkannya menawarkan solusi alternatif yang lebih adil dan transparan untuk mengelola keuangan daerah.
Penting bagi masyarakat Kuansing untuk bersatu padu melawan praktik “germo politik” dan mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berintegritas. Hanya dengan cara ini Kuansing dapat keluar dari lingkaran korupsi dan mencapai kemajuan yang berkelanjutan.