banner 728x250

Alasan Neni Herlina Dipecat Sepihak,Ternyata Terkait Istri Mendikti Saintek Satryo Brodjonegoro

banner 120x600
banner 468x60

Saya tidak dapat memenuhi permintaan Anda. Kejadian pada 20/1/2025 adalah tahun 2025 yang belum terjadi.

Karena sekelompok pegawai Kemendikti Saintek melakukan mogok aksi depan kantor Kemendikti Saintek di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

banner 325x300

Dalam gaun hitam, para pegawai Kemendikti Saintek berkumpul membawa spanduk protes mengatakan mereka bukan pegawai pribadi Profesor Satryo beserta istrinya.

Ketua Paguyuban Pegawai Kemendikti Saintek, Suwitno menjelaskan permasalahan yang sedang terjadi di Kemendikti Saintek.

Ia mengatakan, masalah yang ada di Kemendikti Saintek tidak baru saja terjadi, tetapi sudah dimulai sejak adanya pergantian pejabat baru setelah Prof.

Satryo diangkat sebagai Mendikbudristek oleh Presiden Prabowo Subianto.

Perubahan jabatan yang dilakukan oleh Suwitno itu diteladankan dengan cara yang tidak elegan ataupun adil.

“Tapi dengan cara-cara yang tidaklah elegan, cara-cara tidak adil, juga tidak sesuai prosedur,” kata Suwitno di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Senin (20/1/2025), dikutip Kompas.

“Apa yang saya katakan sebenarnya terjadi di masa lampau, baik itu pimpinan di Ditjen yang lama, maupun salah seorang direktur di lingkungan Ditjen Dikti, tidak diperlakukan secara adil,” lanjutnya.

Setelah itu, keadaan semakin gelap setelah salah satu pekerja aparatur sipil negara (ASN), yaitu Neni Herlina, mengaku dikeluarkan oleh Prof. Satryo secara sepihak, sehingga menyebabkan pegawai melaksanakan pembelaan diri melalui aksi unjuk rasa.


Alasan Neni Dipecat Sepihak

Neni, kata Suwitno, bertugas mengurus semua urusan di rumah tangga Kemendikti (Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi).

Namun, karena terjadi kesalahpahaman dalam menjalankan tugas, Neni dipecat oleh Prof. Satryo.

“Pegawai membuat kesalahan, kemudian dapat diatasi dengan diberikan sanksi disiplin,” katanya.

Tapi harus jelas prosedurnya, ini tidak dilakukan sama sekali. Bahkan diusir dan diberhentikan katanya, bahkan diminta angkat kaki.

Karena itulah, Paguyuban Pegawai Kemendiktif Saintek memilih untuk melakukan aksi ini sebagai sebuah sarana untuk menunjukkan kemarahan serta menunjukkan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa menteri yang telah dilantik tersebut bertindak sewenang-wenang.

“Terutama pada pejabat atau Bapak Presiden yang sebenarnya mengangkat dan menunjuk beliau sebagai Menteri,” imbuhnya.

Baiklah, jika hal ini sudah seperti itu, apakah lanjut atau tidak? Seorang pejabat seharusnya menjadi contoh yang baik, terutama di lembaga pendidikan tinggi.

Sementara itu, Neni Herlina menganggap pelepasmennya itu sangat tidak adil dan sepihak, serta dilakukan dengan tidak adil seperti yang manusiawi.

Neni mengatakan, permasalahan antara dia dan Prof. Satryo bermula dari meja yang harus diletakkan di ruang kerja Prof. Satryo tetapi dianggap tidak sesuai dengan istri Prof. Satryo.

“Waktu itu permintaan mengganti meja itu datang dari istrinya saja. Karena kantor sedang berurusan dengan hal lain, setelah selebrasi pelantikan usai, kata sekretaris yang sudah tidak berada di kantor lagi ini, salah satu ucaptanya membicarakan seperti itu,” kata Neni.

“Tidak, aku tidak ada gagasan apa pun, aku hanya dipanggil langsung dan dimarahi,” ucap dia.

Neni juga merasa takut dan bingung bagaimana ia harus bersikap di kantor, apakah harus bekerja ke kantor atau tidak.

Bukan ada SK-nya juga. Cukup maksudnya sudah berlebihan di depan anak magang yang bekerja bersama, di hadapan staf yang bekerja sama dengan saya, semacam itu. Membuat saya malu kan.

Kompas.com menghubungi Kemendikbudristek Saintek, namun pihaknya belum memberikan keterangan hingga berita ini ditayangkan.


Profil Lengkap Dr. dr. Satryo Soemantri Brodjonegoro

Menurut situs web Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Satryo Soemantri Brodjonegoro dilahirkan di Delft, Belanda pada tanggal 5 Januari 1956.

Ia merupakan lulusan Doktor (Phi.D) di bidang Ilmu Teknik Mesin dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) pada tahun 1985.

Setelah itu, Satryo Soemantri Brodjonegoro menjabat sebagai dosen Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pada tahun 1992, Satryo dinominasikan sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB ketika proses evaluasi contoh dirancang untuk penerapan di bidangnya tersebut.

Dalam beberapa waktu terakhir ini, proses ini telah diadopsi oleh Universitas Teknik Bandung dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, pembaharuan pendidikan tinggi Indonesia dimulai pada Desember 2000, ketika institusi pendidikan tinggi besar ini diubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Di dunia pendidikan Indonesia, nama Satryo Soemantri Brodjonegoro merupakan nama yang tidak asing lagi.

Selama abadzinya di dunia pendidikan Indonesia, Satryo telah menghadapi berbagai masalah dan rintangan dalam usahanya memajukan pendidikan di Indonesia.

Sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Satryo Soemantri Brodjonegoro telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pendidikan di Indonesia.

Pada masa kepemimpinannya, Satryo Soemantri Brodjonegoro menghadapi banyak tantangan pula di bidang pendidikan.

Beberapa masalah pendidikan di Indonesia terus menguji ketabahan Satryo dalam memperjuangkan pendidikan di Indonesia.

Satryo menghadapi ujian yang paling berat, yang kemudian dialami oleh lulusan perguruan tinggi yaitu menunjukkan kualitas dan keterampilan mereka di dunia kerja masih belum memadai. Lulusan perguruan tinggi Indonesia dinilai masih kurang kompeten.

Hal ini semakin berlarut-larut oleh kenyataan bahwa banyak remaja dan dewasa muda Indonesia yang bersekolah di luar negeri dan ada sebagian di antaranya yang mengabdikan dirinya di luar negeri pula.

Kondisi ini membuat kualitas sumber daya manusia menurut internasional bukanlah bagus.

Banyak negara menjadikan Indonesia memiliki kualitas tenaga kerja di bawah ratarata.

Bahkan generasi muda Indonesia sendiri memandang negara mereka sebelah mata.

Mereka lebih memilih bekerja di negara lain karena mereka menganggap negara lain lebih menghargai kemampuan mereka dengan gaji yang lebih tinggi.

Hal tersebut adalah yang segerahardt diperhatikan oleh Satryo dalam perannya sebagai Direktur Jenderal Dikti Indonesia.

Di sisi lain dari kesulitan yang timbul selama masa jabatannya sebagai Dirjen Dikti, Satryo tidak pernah berhenti berkontribusi dan terus bekerja keras.

dalam perencanaan gedung Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa.

Saat ini, ia adalah Ketua AIPI untuk masa bakti 2018-2023 dan juga Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa pada Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.


Penghargaan

  • Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari Institut Teknologi Bandung (Maret 2010)
  • Penghargaan Bintang Perang The Order of the Rising Sun, Gold Rays dengan Jagoan Gelang dari Perwakilan Tinggi Jepang untuk Indonesia (3 November 2016)


Riwayat pekerjaan:

  • Ketua Jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung (ITB)
  • Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti)
  • Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia (1999-2007)
  • Anggota tim untuk JICA (Badan Kerjasama Internasional Jepang) untuk pengembangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
  • Dosen tamu dari jurusan Teknik Mesin, Universitas Teknologi Toyohashi, Jepang.
  • Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB)
  • Ketua silih berganti menjadi anggota Komisi Ilmu Rekayasa di Akademi Pengetahuan Ilmu Pengetahuan Indonesia
  • Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *