Pada saat ada perbincangan mengenai harta Raffi Ahmad yang sudah dicatatkan di LHKPN, Forbes memperbarui daftar orang kaya teratas di Indonesia di awal bulan Januari 2025 ini.
Kemudian, siapakah Sultan Andara itu di antara orang terkaya di Indonesia 2025, apakah namanya masuk dalam daftar?
Ternyata, orang terkaya pertama di Indonesia adalah Prajogo Pangestu, pemilik Grup Barito Pacific.
Dikutip dari Forbes Real Time Billionaires, Rabu 8 Januari 2025, pemilik nama asli Phang Djoem Phen itu memiliki kekayaan Rp 758,6 triliun atau sekitar 46,8 miliar dolar AS.
Dengan total kekayaan tersebut, Prajogo Pangestu berada di posisi ke-30 sebagai orang terkaya di dunia.
Terdapat dua orang terkaya di Indonesia, menurut Forbes Real Time Billionaires, yaitu Low Tuck Kwong yang berada di posisi kedua.
Didata, pemilik perusahaan Bayan Resources itu memiliki total kekayaan sejumlah 27,9 miliar dollar AS atau 452,2 triliun rupiah.
Kemudian diikuti oleh Hartono Bersaudara yang dikenal sebagagai konglomerat dari BCA dan Djarum.
Robert Budi Hartono memiliki kekayaan senilai 23,6 miliar dollar AS (382,5 triliun Rupiah) dan Michael Hartono memiliki 22,7 miliar dollar AS (367,9 triliun Rupiah).
Di posisi kelima terdapat Sri Prakash Lohia, pendiri perusahaan tekstil dan petrokimia, yaitu PT Indo-Rama Synthetics dan PT Indorama Corporation.
Forbes mencatat, Sri Prakash memiliki kekayaan sebesar 8,6 miliar dollar AS atau sekitar 139,4 triliun rupiah.
Sementara itu, Raffi Ahmad tidak masuk dalam daftar 25 orang terkaya di Indonesia.
Berikut ini daftar 25 orang terkaya di Indonesia sesuai survei Forbes di awal tahun 2025:
- Prajogo Pangestu: $ 46,8 miliar
- Low Tuck Kwong: 27,9 miliar dollar AS
- Robert Budi Hartono: 23,6 miliar dolar AS
- Michael Hartono: 22,7 miliar dolar AS
- Sri Prakash Lohia: 8,6 miliar dolar AS
- Agoes Projosasmito: 6,2 miliar dolar AS
- Tahir dan keluarga: 4,9 miliar dollar AS
- Dewi Kam: 4,9 miliar dollar AS
- Chairul Tanjung: 4,4 miliar dolar AS
- Djoko Susanto: 4,1 miliar dolar AS
- Lim Hariyanto Wijaya Sarwono: 3,7 miliar dolar AS
- Martua Sitorus: 3,5 miliar dolar AS
- Theodore Rachmat: 3,4 miliar dolar AS
- Sukanto Tanoto: 3,3 miliar dolar AS
- Alexander Ramlie: 2,9 miliyar dolar AS
- Hermanto Tanoko: Dua, dua miliar dollar AS
- Otto Toto Sugiri: USD 2,2 miliar
- Bambang Sutantio: 2 miliar dolar Amerika Serikat
- Peter Sondakh: 2 miliar dolar AS
- Mochtar Riady dan keluarganya: 2 milliar dolar AS
- Manoj Punjabi: 1,7 miliar dolar AS
- Bachtiar Karim: 1,4 miliar dolar AS
- Hary Tanoesoedibjo: 1,4 miliar dolar AS
- Eddy Sugianto: 1,3 miliar Dolar Amerika Serikat
- Bahari Karim: 1,2 miliar dollar AS
Siapa Prajogo Pangestu
Nama Prajogo Pangestu, salah satu investor IKN Kaltim, menjadi orang terkaya di Indonesia menurut Forbes Januari 2025.
Prajogo Pangestu telah dikenal sebagai salah satu miliarder, konglomerat bisnis, investor, dan filantropis terkemuka asal Indonesia dan termasuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Dari daftar orang terkaya versi Forbes, Prajogo Pangestu memiliki kaya bersih sebesar USD47 miliar atau sekitar Rp760 triliun, sumber investasinya di IKN Kaltim apa?
Daftar Forbes Senin (12/1/2025) menempatkan Prajogo Pangestu di posisi ke-30 orang terkaya di dunia.
Dalam daftar itu, Prajogo Pangestu disebutkan memiliki harta bersih sebesar USD 47 miliar atau sekitar Rp 760 triliun.
Prestasi ini juga menempatkan sosok pengusaha asal Kalimantan Barat yang lahir di Bengkayang di atas Low Tuck Kwong dan Hartono Bersaudara dalam daftar orang terkaya di Indonesia.
Investor IKN Kaltim
Nama Prajogo Pangestu termasuk salah satu investor swasta yang bergabung dalam Konsorsium Nusantara yang berinvestasi di IKN Kaltim.
Sosok Prajogo Pangestu terlihat beberapa kali mendatangi IKN Kaltim bersama Presiden Joko Widodo.
Mulai saat pelaksanaan pembangunan, di mana Prajogo Pangestu, Aguan, dan sejumlah investor lainnya ikut mendampingi Presiden Jokowi.
Selain itu, Prajogo Pangestu juga ikut hadir sebagai salah satu investor di Upacara HUT RI di IKN Kaltim, 17 Agustus 2024 lalu.
Berikut 10 perusahaan yang tergabung dalam ASG Konsorsium:
1. ASG milik Sugianto Kusuma (Aguan adalah ASG)
2. Salim Group milik Anthony Salim
3. Sinarmas milik Franky Wijaya
4. Kawasan Intan milik Pui Sudarto
5. Djarum milik Budi Hartono
6. Wings Group milik William Katuari
7. Adaro milik TP Rahmat/Boy Tohir
8. Barito Pacific dimiliki oleh Prajogo Pardjolo Pangestu
9. Kelompok Mulia milik Eka Tjandranegara
10. Astra milik Soeryadjaya.
Profil Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu, yang nama aslinya Phang Djoen Phen, dilansir dari Antara, merupakan seorang pengusaha yang lahir di Bengkayang, Kalimantan Barat, pada tanggal 13 Mei 1944.
Ia lahir dari keluarga Hakka yang berasal dari Guangdong, Cina dan menyelesaikan pendidikan awalnya di sekolah Cina di Indonesia sebelum pindah ke Jakarta pada tahun 1965 untuk memulai perjalanan kariernya.
Prajogo Pangestu tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ia telah menikah dan dikaruniai tiga orang anak.
Selain kesuksesannya di bidang bisnis, Prajogo juga dikenal sebagai seorang filantropis aktif yang mendukung berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Menurut Tribun Palu, Prajogo Pangestu lahir dari keluarga biasa yang membuatnya hanya bisa mengenyam pendidikan hingga tingkat sekolah menengah.
Sebelum terjun ke dunia bisnis, ia pernah bekerja sebagai sopir mikrobus pada tahun 1960-an.
Prajogo bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray, yang saat itu sedang bekerja sebagai sopir angkot. Burhan kemudian mengajak Prajogo untuk bergabung dengan perusahaan industri kayu, PT Djajanti Group.
Awal Karier Prajogo Pangestu
Pada tahun 1970, Prajogo memulai karirnya di Djajanti Group, sebuah perusahaan kayu milik Burhan Uray.
Pada tahun 1976, ia diangkat menjadi Manajer Umum PT Nusantara.
Namun, setahun setelahnya, ia memutuskan untuk keluar dan memulai bisnisnya sendiri, yang merupakan awal kesuksesannya di bisnis.
Perjalanan Bisnis Prajogo Pangestu
Pada akhir 1960-an, Prajogo mendirikan Barito Pacific Timber.
Perusahaan ini kemudian berkembang pesat dan menjadi perusahaan kayu terbesar yang tercatat di Bursa Saham Jakarta pada tahun 1993.
Pada tahun 2007, nama perusahaan ini berubah menjadi Barito Pacific untuk merefleksikan diversifikasi bisnis yang luas ke sektor petrokimia, energi, dan sumber daya alam lainnya.
Ekspansi Bisnis ke Sektor Petrokimia dan Energi
Pada tahun 2007, Barito Pacific melakukan akuisisi dengan memilihrsai 70 persen saham dari perusahaan petrokimia Chandra Asri.
Langkah ini diperkuat pada tahun 2011 dengan penggabungan Chandra Asri dan Tri Polyta Indonesia, dengan itu menjadikannya salah satu produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.
Pada tahun 2015, perusahaan tersebut juga menandatangani kerja sama strategis dengan produsen ban asal Prancis, Michelin, untuk mendirikan pabrik karet sintetis di Indonesia.
Tidak berhenti di situ, Barito Pacific juga melewati batas ke sektor energi terbarukan melalui Barito Renewables Energy, yang mengurus Star Energy, salah satu perusahaan panas bumi terkemuka di dunia.
Pada tahun 2022, melalui perusahaan swasta berbasis di Singapura, Green Era milik Prajogo, keluarga yang terkemuka Pangestu, membeli 33,33 persen saham Star Energy dari BCPG Thailand.
Akuisisi senilai USD440 juta ini memberikan Prajogo kontrol penuh atas Star Energy.
Pencapaian di Pasar Modal
Pada tahun 2023, dua perusahaan milik Prajogo, yaitu Petrindo Jaya Kreasi (penambangan batu bara) dan Barito Renewables Energy, resmi berDAQ di pasar saham.
Langkah ini memperkuat posisi perusahaan milik PT Barito melalui sektor energi yang menggunakan teknologi konvensional maupun terbarukan.
Kekayaan dan Pengakuan Forbes
Dengan total kekayaan bersih sebesar USD49 miliar pada Januari 2025, Prajogo Pangestu secara resmi menjadi orang terkaya di Indonesia menurut wicht Forbes .
Kekayaannya berasal dari sumberdaya yang meliputi sektor petrokimia, energi, serta investasi yang ia garap dengan maksimal dan strategi lambat tetapi berjalan.