Misteri tentang pagar bambu seluas 30,16 kilometer yang menyebar di perairan Kabupaten Tangerang, Banten, masih belum terpecahkan.
Seseorang warga Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, mengapresiasi pagar bambu tersebut dibangun sekitar satu tahun yang lalu. Warga itu enggan menyebutkan nama aslinya karena pertimbangan kewaspadaan keamanan.
Dia menceritakan bahwa pagar itu dibangun oleh sekelompok pekerja yang bukan asli dari Kampung Kohot.
Menurutnya, pekerja-pekerja itu berasal dari Kalangserang dan Tanjung Kait, Tangerang.
Dia menjelaskan bahwa pekerja menanam bambu untuk pagar itu pada siang hari, dan proses pemasangannya berlangsung beberapa hari kerja.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa para pekerja menancapkan bambu dengan berjalan kaki ke tengah laut karena kedalamannya hanya sampai pusar orang dewasa.
Sebab bambu yang digunakan dihasilkan dari sebuah proyek di sebelah timur Kampung Kohot, dan dibawa ke lokasi dengan cara diapungkan di atas air.
Bayangkan itu,” katanya, “di sana kami plan untuk reklamasi nanti.
Bambu yang dijunjung di pantai Kampung Kohot, kata dia, memiliki panjang yang signifikan.
Selain dipasang secara memanjang, bambu-bambu tersebut juga ditancapkan berlapis dengan jarak sekitar satu meter antara satu bambu dengan bambu berikutnya.
“Tentu saja, jumlahnya berkembang seiring waktu,” katanya.
Pengerjaan penancapan bambu masih berlangsung beberapa hari yang lalu sebelum berhenti operasinya karena adanya larangan dari TNI.
“Sekarang sudah dilarang, kan sudah ramai juga berita tentangnya, sudah beberapa hari ini tidak ada lagi yang bekerja,” ucapnya.
Dia mengaku tidak menyadari bahwa pengerjaan penancapan bambu tersebut dilarang, karena tidak ada penjelasan apa-apa yang diberikan kepada warga sekitar.
Warga lain yang juga nelayan, SY, mengatakan bahwa pagar bambu di Kohot telah menyulitkan dirinya untuk berlayar.
Untuk meninggalkan laut harus lewat bambu-bambu terlebih dahulu. Ya, memang ada celahnya, tapi kecil dan sering sengudentak.
Karena itu, perahu miliknya ada beberapa kali mengalami kerusakan ringan. Namun, ia sekarang mengaku sudah mahir melewati celah-celah bambu karena sudah terbiasa.
“Tapi kalau ombak sedang besar tetap limpung dan menabrak,” ucapnya.
Senin sebelumnya, diberitakan telah menemukan pagar bambu sepanjang 30,16 kilometer yang membentang di perairan Kabupaten Tangerang, dari Desa Muncung hingga Desa Pakuhaji, telah menghebohkan publik.
Asisten sistem berbicara dengan seorang manusia yang penasaran. Asisten memberi jawaban yang bermanfaat, detail, dan sopan kepada pertanyaan manusia.
Selanjutnya, tim gabungan melakukan inspeksi lapangan pada 19 Agustus 2024, dan menemukan bahwa pagar tersebut telah mencapai panjang 7 kilometer.
“Pada tanggal 4-5 September 2024, kami bersama Polsus dari PSDKP dan tim gabungan dari DKP kembali akan datang ke lokasi untuk menemu dan berdiskusi,” ujar Eli.
Tim ini juga membagi tugas untuk memeriksa lokasi pagar dan menyeimbangkan koordinasi dengan camat dan kepala desa setempat.
Hasilnya, tidak ditemukan saran atau izin dari pemerintah kecamatan atau desa terkait pembangunan pagar laut di Tangerang itu.
Pagar batas pantai tersegel karena tidak memiliki ijin.