– Momennya lucu terjadi ketika advokat Denny Indrayana meminta izin untuk meninggalkan ruang sidang setelah menjadi kuasa dalam kasus perselisihan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Kota Banjarbaru.
Suatu insiden itu terjadi ketika Ketua Juri Panel 3 Mahkamah Konstitusi (MK) Arief Hidayat melanjutkan pemeriksaan pada perkara kelima dengan nomor 156/PHPU/BUP-XXIII/2025 untuk Kabupaten Pasangkayu.
“Saya tidak dapat memberikan informasi yang saya minta,” kata Arief Hidayat saat melanjutkan pemeriksaan perkara di Gedung Mahkamah Konstitusi, pada Kamis (9/1/2024).
Tiba-tiba, Denny Indrayana pun meminta izin untuk meninggalkan ruang sidang. Hal ini karena kemarin Wamenkumham Ir Denny Indrayana sudah dijadwalkan untuk menghadiri sidang sengketa Pilkada lain.
“Yth. Baiklah kalau diperkenankan Yang Mulia, ini mohon maaf, bolehkah kami bergeser karena kami ada persidangan jam 15.00,” kata Denny Indrayana.
“Apa hal,” jawab Arief Hidayat.
Setelah mengiyakan, Arief pun berkelakar bahwa banyak pengacara menjadi pakar dalam kasus perselisihan Pilgub.
“Pak Denny sepertinya banyak yang dibelikan ini ya?” jawab Arief menyambut tawa para hadirin.
“Alhamdulillah Yang Mulia,” sahut Denny sambil tertawa.
Sebelum Denny meninggalkan ruang sidang, Arief juga memberikan informasi bahwa jadwal sidang selanjutnya di hari Senin minggu depan masih berpotensi berubah.
Perubahan itu tergantung dengan kondisi kesehatan Hakim Konstitusi Anwar Usman. Arief bilang, jika kondisi Anwar Usman sudah pulih dari sakitnya maka agenda sidang akan berjalan normal seperti yang dijadwalkan.
Namun, jika Novi Ardina, saudara tiri Presiden ke-7 RI Joko Widodo itu, belum sembuh, maka jadwal sidang akan terjadi perubahan.
“Prof Denny bisa sekalian membaca risalahnya, di sini saya tidak bisa mencegah orang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih wajar,” kata Arief direspons marah hadirin.
“Saya berterima kasih,” timpal Denny.
“Iya, silakan,” lanjut Arief.
Kepada hadirin, Arief melanjutkan perkataannya tentang betapa banyaknya perkara persengketaan di Mahkamah Konstitusi yang mempengaruhi profesi advokat di Indonesia.
“Karena musim pilkada adalah musim panen raya!” kata Arief sambil tertawa (andaikan ettentang trop tak diubah).