Balai Bahasa Provinsi Riau (BBPR) mengadakan rapat koordinasi di Pekanbaru untuk menggiatkan penggunaan Bahasa Melayu. Acara ini dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Provinsi Riau, Sekretaris Dinas Pendidikan Riau Arden Simeru, Rektor Universitas Lancang Kuning Prof. Dr. Junaidi, serta para maestro bahasa yang terlibat dalam pelestarian Bahasa Melayu Riau.
Arden menyampaikan apresiasi atas langkah Badan Bahasa melalui BBPR yang berkomitmen menjaga kelestarian Bahasa Melayu di wilayah Riau. Ia menegaskan pentingnya menjaga eksistensi bahasa daerah tersebut, mengingat Bahasa Melayu merupakan dasar terbentuknya Bahasa Indonesia.
“Melestarikan Bahasa Melayu adalah tanggung jawab kita bersama, karena dari sinilah akar bahasa nasional kita berasal,” ujar Arden, Senin malam (19/5/2025).
Arden juga berharap agar program penguatan Bahasa Melayu dapat diperluas ke jenjang SMA dan sederajat di bawah naungan Dinas Pendidikan Riau. Menurutnya, kalangan pelajar usia tersebut juga perlu diberi pemahaman dan keterlibatan dalam pelestarian bahasa daerah.
Kepala BBPR, Umi Kulsum, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi bahasa daerah secara global. Menurutnya, dua bahasa daerah menghilang setiap harinya, dan 20 persen anak-anak kehilangan kemampuan berbahasa daerah dalam sepuluh tahun.
“Di Indonesia, tercatat sudah 11 bahasa daerah punah karena tidak lagi digunakan oleh masyarakatnya,” jelas Umi.
Badan Bahasa Kemendikdasmen sejak 2024 meluncurkan program Revitalisasi Bahasa Daerah sebagai respons atas fenomena kepunahan bahasa lokal. Program ini menyasar siswa tingkat SD dan SMP agar aktif menggunakan bahasa daerahnya. Di Provinsi Riau, kegiatan dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti pelatihan menulis aksara Arab Melayu, cerpen, puisi, syair, pidato, serta komedi tunggal.
“Tahun depan, program ini akan dilaksanakan di Bengkalis, Siak, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir. Sedangkan tahun ini telah berlangsung di Kampar, Dumai, Inhu, dan Kepulauan Meranti,” tutup Umi.