Musim kemarau telah tiba, dan ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kembali menghantui Provinsi Riau. Pemerintah daerah telah meningkatkan kesiapsiagaan guna mencegah terjadinya bencana ekologis yang kerap melanda wilayah ini setiap tahun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edy Afrizal, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan resmi terkait kemunculan titik api di Riau. Meskipun demikian, pihaknya tetap melakukan pengawasan ketat dan patroli terpadu di wilayah rawan.
“Tim di lapangan akan langsung melakukan pemadaman dan pendinginan jika terdeteksi adanya titik api. Pemantauan terus kami lakukan untuk memastikan tidak ada potensi kebakaran lanjutan,” ungkap Edy, Selasa (13/5/2025).
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Riau bersama Dinas Pemadam Kebakaran dan aparat kepolisian juga menyiagakan personel gabungan di daerah rawan. Patroli udara dan modifikasi cuaca juga menjadi bagian dari strategi pencegahan jangka pendek.
“Patroli udara terus kami intensifkan, terutama di daerah-daerah rawan karhutla. Helikopter AS365-N2 milik BNPB dan pesawat Cesna C208 Caravan sudah dikerahkan untuk patroli dan penyemaian awan,” jelasnya.
Pada hari yang sama, satgas udara Karhutla Riau telah melaksanakan tiga sortie patroli dan satu sortie penyemaian awan di wilayah Pelalawan, Indragiri Hilir, dan Kepulauan Meranti. Penyemaian awan dilakukan dengan menaburkan 1.000 kilogram garam untuk merangsang turunnya hujan. Hingga kini, cadangan garam untuk operasi tersebut masih tersedia sebanyak 17.000 kilogram.
Pemprov Riau juga terus mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, sebuah praktik yang kerap memicu karhutla secara masif. “Kami berharap kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap aman dari bahaya kebakaran,” pungkasnya.