Pada saat pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia, tampaknya ada yang menarik perhatian. Menyusul tradisi protokoler, biasanya Presiden RI didampingi oleh empat ajudan: dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Kepolisian. Namun, dalam beberapa momen publiknya, Prabowo didampingi oleh Letkol Teddy Indra Wijaya, bukan oleh para ajudan resmi.
Para ajudan resmi Prabowo terdiri dari Kombes Ahrie Sonta dari Polri, Kolonel Inf Wahyo Yuniartoto dari TNI AD, Kolonel Pnb Anton Palaguna dari TNI AU, dan Letkol Laut Romi Habe Putra dari TNI AL. Ajudan dalam kepresidenan bukan hanya sebagai pelengkap protokol, tetapi juga sebagai perpanjangan tangan presiden dan simbol kesetiaan institusional.
Kehadiran Letkol Teddy Indra Wijaya sebagai ajudan pribadi Prabowo, bukan dari lingkaran dalamnya, menimbulkan spekulasi terkait kepercayaan Prabowo terhadap orang-orang yang mengelilinginya. Apakah Prabowo merasa nyaman dengan figur yang memiliki hubungan dekat dengan Jokowi?
Prabowo tampaknya menerapkan strategi “tighten the circle” dengan memperkecil lingkaran kepercayaan, menguatkan kendali komunikasi, dan menahan ruang akses terhadap dirinya sebanyak mungkin. Langkah-langkah ini dapat dipahami sebagai bagian dari manuver Prabowo untuk memperkuat posisinya dan mengurangi pengaruh Jokowi secara bertahap.
Dugaan publik atas hubungan Prabowo dengan Jokowi juga terlihat dari kontrol komunikasi yang ketat. Banyak menteri tidak bisa mengakses langsung komunikasi dengan Presiden Prabowo, kecuali menteri yang setingkat Menko. Hal ini menunjukkan adanya filtering layer yang mengatur siapa yang bisa berkomunikasi langsung dengan Prabowo.
Prabowo tampaknya sedang mempersiapkan strategi untuk mengurangi pengaruh Jokowi secara halus, tanpa konfrontasi langsung. Dengan membangun loyalitas personal dan struktur kekuasaan yang solid, Prabowo berusaha untuk memperkuat posisinya dalam transisi kekuasaan.
Perubahan dalam inner circle Prabowo, seperti pembatasan akses dan kontrol komunikasi, menunjukkan bahwa Prabowo secara bertahap mengurangi anasir Jokowi dalam sistem kekuasaannya. Meskipun hubungan simbolis dengan Jokowi tetap dijaga, namun secara struktural, Prabowo mulai meminimalkan pengaruh Jokowi dan kroninya.