Nama Rosario Marshal atau yang lebih dikenal dengan panggilan Hercules identik dengan Ormas dan premanisme. Dia adalah sosok mantan preman legendaris yang kini menjelma menjadi tokoh politik dan pengusaha. Dia juga memimpin organisasi massa GRIB Jaya yang dikenal luas memiliki pengaruh begitu kuat di kalangan elite maupun akar rumput.
Dia sempat menjadi preman paling ditakuti di wilayah pusat perdagangan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pria asal Timor Leste ini membangun “dinasti” premannya pada akhir 1980-an dan berjaya di Tanah Abang. Hingga akhirnya terjadi kerusuhan pada tahun 1996 di pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara itu.
Ketika itu nama Prabowo Subianto disebut-sebut sebagai orang yang membacking Hercules sehingga dia bisa menjadi begitu kuat di Tanah Abang. Tapi tudingan itu dibantah sendiri oleh Prabowo pada saat itu.
Bertahun kemudian Hercules mengakui bahwa dia cukup dekat dengan Prabowo sejak operasi militer di Timor Timur. Bahkan dia mengaku “berutang nyawa” kepada Prabowo Subianto yang kala itu masih berpangkat kapten di satuan Kopassus di Timor Timur. Hercules bahkan pernah berujar, “Prabowo adalah satu-satunya orang yang bisa menyerang saya tanpa saya mengangkat tangan untuk membalasnya.”
Tapi sebenarnya ada satu nama lagi yang bisa menaklukan Sang Hercules. Hercules pernah mengalami kekalahan pahit, bukan oleh tentara, bukan juga polisi atau politisi tapi oleh seorang jawara asli Betawi bernama Bang Ucu Kambing.
Nama lengkapnya Muhammad Yusuf Muhi. Perawakannya tidak menunjukan dirinya seorang jawara, wajahnya ramah dan murah senyum, tapi orang-orang memberinya julukannya sangar, Panglima Perang Betawi.
Lahir di Kebon Pala, Tanah Abang, Ucu semula pedagang kambing. Usaha ini lantas bikin namanya dikenal sebagai “Bang Ucu Kambing”. Orang tuanya juga pernah berjualan sop kambing di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Sedari muda Bang Ucu dikenal jago berkelahi. “Kalau ada yang jual, gue bakal beli,” katanya. Dia belajar silat dari jawara Betawi, Engkong Sabeni masih terbilang kakek bagi Bang Ucu. Meski kemudian menjadi jawara, ternyata masa kecil Ucu cukup relijius. Ucu pernah menjadi santri di Pesantren Tebu Ireng, Gontor, Jawa Timur, namun tidak sampai rampung.
Perkelahian pertamanya pada 1960 dengan pemuda dari kelompok Irian yang tinggal di Tanah Abang. Ketika itu usia baru 14 tahun. Dia berhasil memenangkan perkelahian di kawasan Kebon Melati itu.
Ucu tak mau disebut jawara atau jagoan. Tapi dia mengakui dulunya berandal jalanan dan hobi berkelahi. Tujuannya buat menolong pedagang kaki lima diperas oleh para begundal dan membantu teman jika ada masalah.
Gara-gara membantu teman pula dia berkelahi dengan seorang anggota Resimen Pelopor- yang sekarang bernama Brimob. Sang Prajurit kabarnya tewas di tangan Ucu. Karena peristiwa itu dia masuk bui untuk pertama kali, tahun 1967, dua tahun setelah gerakan 30 September.