Pendidikan Islam menghadapi tantangan besar di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Di saat dunia bergerak menuju digitalisasi, banyak lembaga pendidikan Islam masih bertahan dengan metode konvensional yang berfokus pada hafalan dan ceramah satu arah. Pertanyaannya, apakah metode ini masih relevan dalam membentuk generasi Muslim yang siap menghadapi tantangan zaman?
Islam sejak dahulu telah menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Konsep tadabbur dalam Al-Qur’an mengajarkan bahwa umat Islam tidak hanya dituntut untuk membaca dan menghafal, tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penerapan Deep Learning dalam pendidikan Islam dapat menjadi solusi untuk menjawab tantangan ini.
Pendidikan Islam telah menerapkan pembelajaran berbasis pemahaman mendalam sejak masa Rasulullah. Sistem halaqah (pembelajaran berbasis diskusi) digunakan untuk mendalami ilmu secara kritis. Tradisi ini kemudian berkembang menjadi madrasah dan universitas Islam seperti Al-Qarawiyyin dan Al-Azhar, yang menekankan pendekatan sistematis dalam memahami berbagai disiplin ilmu.
Metode Deep Learning dalam pendidikan Islam dapat ditemukan dalam konsep tahqiq (penelitian mendalam), tadabbur (refleksi), dan tafaqquh (pemahaman kritis). Para ulama seperti Al-Ghazali dan Ibnu Sina tidak hanya menghafal teks, tetapi juga menganalisis dan mengembangkan teori berdasarkan pemahaman yang mendalam. Dalam pendidikan modern, prinsip ini tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan global yang memerlukan kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Agar pendidikan Islam lebih adaptif di era digital, penerapan Deep Learning dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1. Menggeser Pola Pikir: Dari Hafalan Menuju Pemahaman. Hafalan tetap penting dalam Islam, tetapi harus diimbangi dengan pemahaman mendalam. Misalnya, siswa yang menghafal ayat tentang keadilan harus mampu mengaitkannya dengan implementasi hukum Islam dan praktik sosial di masyarakat.
Teknologi dapat digunakan untuk memperkaya metode pembelajaran, seperti aplikasi tafsir interaktif, simulasi hukum fikih, dan e-learning berbasis Islam yang membuat proses belajar lebih menarik dan aplikatif. Deep Learning sejalan dengan konsep Merdeka Belajar yang menekankan fleksibilitas dan pemahaman mendalam. Sekolah Islam dan madrasah dapat menerapkan pendekatan ini agar peserta didik lebih aktif dan kreatif.
Salah satu kendala utama dalam penerapan Deep Learning adalah kesiapan tenaga pendidik. Oleh karena itu, pelatihan guru dalam teknik pembelajaran inovatif harus menjadi prioritas agar metode ini dapat diterapkan dengan maksimal. Meskipun banyak manfaat yang bisa diperoleh, penerapan Deep Learning dalam pendidikan Islam masih menghadapi beberapa hambatan, antara lain: Budaya Hafalan yang Sudah Mengakar Kuat. Banyak lembaga pendidikan Islam masih lebih menekankan hafalan dibandingkan pemahaman mendalam.
Tidak semua lembaga pendidikan Islam memiliki akses terhadap teknologi yang memadai untuk mendukung pembelajaran berbasis digital. Banyak pendidik dan orang tua yang masih menganggap bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur dari hafalan dan nilai akademik, bukan dari pemahaman dan penerapan ilmu dalam kehidupan nyata. Deep Learning menawarkan paradigma baru bagi pendidikan Islam agar lebih relevan dengan kebutuhan zaman.