– Apakah Anda masih teringat dengan Pak Tarno yang jual cupang?
Sekarang terbongkar pendapatannya untuk membiayai dua istri.
Diketahui, pak Tarno belakangan menjadi sorotan publik karena menderita stroke dan tidak bisa aktif lagi sebagai pesulap.
Untuk menjalani hidup, pria berusia 74 tahun ini harus berjualan di tepi jalan.
Pak Tarno menjual berbagai barang, mulai dari ikan cupang hingga alat tulis.
Tidak tanpa alasan, Pak Tarno sengaja memilih menjual di pinggir jalan saat sakit, karena memang tidak ingin kosong dan diam di rumah.
Pak Tarno menuturkan bahwa omzet dagangnya tidak pernah pasti setiap hari. Jika habis semuanya, Pak Tarno hanya mendapatkan penghasilan Rp100 ribu saja.
“Ya pasti (misalnya omzet dagang). Di antaranya dagang ikan, mainan, siapa tahu,” ungkap Pak Tarno di dalam video YouTube Kasisolusi.
“Lumayanlah ya, setiap hari bisa mendapatkan Rp25 ribu hingga Rp50 ribu, termasuk untuk berbelanja kebutuhan dagang,” ujarnya.
Deryansha Azhary, host podcast, kebingungan dengan nominal yang terbilang kecil itu. Ia ragu apakah nominal itu cukup untuk membiayai Pak Tarno dan dua istrinya.
“Untungannya separuh juta. Jika Rp100 ribu sehari, dalam sebulan itu menjadi Rp3 juta? Cukup untuk membantu membiayai dua istri,” tanya Deryansha.
Pak Tarno mengakui bahwa atas beberapa waktu belakangan ini, penghasilannya masih cukup besar karena beberapa kali dipanggil ke beberapa stasiun televisi.
Ada orang yang membantu agar pembayaran sebagai bintang tamu TV bisa dicairkan lebih cepat untuk digunakan pada kebutuhan sehari-hari.
“Apa yang akan kamu lakukan jika sebulan yang lalu kamu diundang ke acara televisi, empat kali? Nah, kalau dibayar berapa lo, dihitung quil saat itu,” kata sang narablog.
Sebelumnya, dia tidak pernah muncul di layar kaca, namun kini kondisi Pak Tarnolah yang memprihatinkan.
Pak Tarno sekarang tidak bisa melakukan aktivitas seperti dahulu lagi.
Dia mendapatkan stroke sejak tahun 2018 lalu.
Di tengah-tengah kondisi tersebut, Pak Tarno masih berjuang mencari nafkah dengan menjual ikan cupang, mainan, dan alat tulis di dekat rumahnya, di daerah Warakas, Jakarta Utara.
Dalam ulasan akun TikTok @roamiegoetzmuller, Pak Tarno yang mengenakan kemeja merah, celana pendek, dan topi merah muda tampak kurus.
Pria yang lusuh. Dia yang memiliki jargon ‘Simsalabim jadi apa, prok prok prok’ ini juga hanya bisa duduk di kursi roda.
Dia kadang-kadang menawarkan dagangan kepada orang yang melintas di sekitarnya.
Pak Tarno menarik perhatian Ria Ricis sebagai Youtuber serta sebagai ipar Bunda Oki Setiana Dewi.
Ria Ricis kemudian menuju ke tempat pemasangan Pak Tarno.
“Hari ini aku ingin bertemu Pak Tarno yang kemarin viral katanya beliau menjual perintilan itu di daerah Priok,” kata Ria Ricis, dikutip dari YouTube-nya.
Ria Ricis mendekati Pak Tarno yang sedang menjaga toko miliknya. Dari vlog Ria Ricis, tampak Pak Tarno duduk di kursi roda dan sedang makan, dan disuapi oleh istri.
Ricis menyiapkan satu tangkapan yang berisi beberapa lembar uang seratus ribu untuk Pak Tarno. Ketika Ria Ricis tiba, Pak Tarno tidak sabar dan menjadi sedih.
Dengarkanlah percakapan antara seorang anak dengan Pak Tarno dan istrinya:
Ria Ricis kemudian membeli semua barang milik Pak Tarno. Dia juga memberi tip kepada warga sekitar yang membeli barang-barang Pak Tarno. Tempat menjual barang-barang Pak Tarno berubah menjadi sangat ramai pembeli.
Tak hanya itu, Ria Ricis juga membawa Pak Tarno berbelanja di mall. YouTuber kelahiran 1995 itu kelihatan membelikan Pak Tarno sejumlah kaus kaki.
Ria Ricis berharap Pak Tarno segera sembuh dan dibukakan pintu rezekinya untuk kembali menghibur banyak orang.
“Ayo Pak Tarno jangan pernah tinggalkan Profesi bang. Maafkan aku dengan cara berbohong nih, maaf deh,” ujar Ria Ricis menggunakan Bahasa Jakarta.
Sosok Pak Tarno
Sutarno, yang lebih dikenal dengan nama Pak Tarno, lahir pada tanggal 12 Mei 1950 di Indonesia. Ia adalah seorang penyulap, pelawak, pembawa acara, dan pemeran yang sangat terkenal di tanah air.
Pak Tarno dikenal luas karena sering mengucapkan kalimat “dibantu ya, bimsalabim jadi apa, prok-prok-prok” ketika menjalankan aksinya sebagai seorang pesulap.
Pada tahun 2009, melalui ajang pencarian bakat The Master musim ketiga, Pak Tarno menerima gelar “Master of Traditional Magic” dari Deddy Corbuzier.
Sebelumnya, ia berkecimpung sebagai penjual martabak keliling dan juga sebagai pesulap keliling sambil bekerja secara paruh waktu.
Kehidupan awal Pak Tarno sangat sukar, ayahnya meninggal, sementara ibunya pergi meninggalkannya karena berselingkuh dengan seorang pria dari luar desa.
Karena kesulitan ekonomi, Tarno hanya bisa mengonsumsi jagung karena tidak mampu membeli nasi.
Pada usia 10 tahun, Tarno memutuskan untuk pergi ke Jakarta sendirian.
Karena keterbatasan keuangan, pada awal tahun 1970-an, ia berangkat dengan menumpang kereta barang yang membawa kayu dan sapi melalui Stasiun Losari Cirebon.
Setiba di Jakarta, ia bekerja sebagai penjual minyak tanah keliling sampai kemudian beralih menjadi penjual martabak keliling.
Ketika menjajakan martabak, Tarno memiliki trik untuk menarik perhatian anak-anak agar membelinya, yaitu dengan menampilkan gesekan setelah semua dagangannya telah terjual.
Hal ini membuatnya dikenal sebagai seseorang yang kreatif dalam menjalankan usahanya.
Pada periode 2002 hingga 2004, Tarno mencoba nasibnya dengan mengoperasikan odong-odong komedi putar. Sambil mengoperasikan odong-odong, ia juga menjual makanan ringan anak-anak dengan menyusun makanan ringan tersebut di sisi kanan dan kiri odong-odong yang dioperasikannya.
Pada 2009, saat menjalankan bisnisnya di sebuah sekolah, Tarno yang sedang melakukan pertunjukkan bisnis sihir dipanggil oleh seorang guru dari sekolah tersebut. Guru itu menyarankan Tarno untuk mengikuti ajang pencarian bakat The Master musim ketiga.
Meskipun tidak menjadi juara, Tarno mendapat gelar “Master of Traditional Magic” oleh Deddy Corbuzier.
Setelah itu, ia mendapatkan penawaran untuk menjadi pembawa acara di beberapa program televisi.
Dengan sukses di dunia hiburan, Tarno mampu membeli mobil, lahan, serta membuka dan mengelola toko internet.