Kehamilan Mental: Fenomena yang semakin mendapat perhatian, terutama bagi Ibu yang telah menjadi penjaga generasi yang baru. Berdasarkan survei kesehatan nasional, tingkat depresi pada remaja berusia 15 tahun capai 2%.
Selain itu, lebih dari 60% Gen Z mengalami masalah kesehatan mental. Sebagai orangtua, kesehatan mental Ibu menjadi fondasi utama untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga. Untuk solusi, Dompet Dhuafa mengadakan Dialog Kesehatan Mental yang diadakan pada Rabu, 18 Desember 2024 bertajuk ‘Ibu Bahagia, Anak Bahagia’.
Agar Anda dapat menjalani peran dengan bahagia.
1. Pahami bahwa ibu bapa juga pahlawan
Teman, apakah kamu tahu bahwa peran ibu seringkali dibandingkan dengan pahlawan? Seorang pahlawan bertindak dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih. Hanya perlu diingat apakah menjadi pahlawan berarti harus selalu sempurna.
Seperti orangtua, ibu harus mengajarkan anaknya tentang nilai-nilai sosial melalui kasih sayang dan pengorbanan yang sungguh-sungguh. Namun, ini tidak bisa dilakukan tanpa dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Ibu juga perlu memanjakan anak dengan mencapai kesuksesan kecil-hariannya sebagai bentuk penghargaan diri dan pujian kepada dirinya sendiri.
“Saat ini perempuan sering kali menghadapi tekanan yang lebih besar karena peran gender yang mewajibkan merekarioritasakan orang lain. Karena itu, dukungan untuk ibu sangat penting agar tetap bisa menjalankan perannya dengan ikhlas,” ucapTri Swasono Hadi, M.Psi, selaku Psikolog Praktisi Terapi EMDR & Trauma, pada Rabu (18/12/2019).
2. Berikan prioritas pada diri Anda sendiri
Jarang ada yang mengharapkan, Ibu harus memprioritaskan kebutuhan keluarga terlebih dahulu. Namun, perlu diingat bahwa memberikan prioritas pada diri sendiri adalah langkah pertama yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan mental.
Kesehatan mental bukan hanya tentang meningkatkan kesenangan, melainkan juga belajar untuk menerima apa yang telah lewat, masa sekarang, dan masa depan. Isi jadwal Anda untuk beristirahat, melakukan hobi, atau hanya menikmati momen-momen tanpa tekanan.
Cobalah untuk membuat jadwal harian yang seimbang, di mana ada waktu khusus untuk diri Mama. Bahkan waktu 15-30 menit setiap hari untuk melakukan apa yang Mama nikmati dapat memberikan efek positive yang signifikan.
3. Mengatasi Trauma Masa Lalu
Trauma emosi masa lalu yang tidak disembuhkan bisa menjadi rintangan kesehatan mental. Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) bisa menjadi salah satu metode yang efektif untuk membantu Mama mengolah ingatan trauma.
Dengan terapi ini, trauma masa lalu dapat diatasi sehingga Ibu bisa fokus pada saat ini dan masa depan bersama. Selain terapi, bicara dengan orang yang dipercaya, seperti teman dekat atau konselor, juga dapat membantu Bunda melepaskan beban emosi. Menuliskan perasaan dalam jurnal juga adalah cara efektif untuk melepaskan emosi yang terpendam.
4. Kenali Sinyal Peringatan Gangguan Jiwa
Mengetahui tanda-tanda awal gangguan mental adalah langkah penting untuk mencari bantuan. Jika Ibu merasa cemas berlebihan, sulit tidur, atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai, ini bisa menjadi tanda bahwa Ibu perlu berkonsultasi dengan profesional.
Selain itu, perlu menentukan gaya hidup sehat yang mencakup istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi, dan rutinitas beraktivitas fisik secara teratur. Hal ini dapat membantu ibu menjaga kestabilan hormon yang mempengaruhi kesehatan mental.
5. Jadilah teladan untuk anak-anak
Ibu yang secara mental sehat dapat memberikan contoh nyata kepada anak tentang cara deal dengan tantangan hidup. Anak akan belajar bahwa penting untuk menemukan bantuan serta menjaga keseimbangan emosi.
Tidak hanya itu, ibu juga bisa mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berbicara terbuka tentang perasaan mereka. Dengan menjadi pendengar yang baik, ibu dapat membangun ikatan yang lebih erat dengan anak.
“Saya harus selalu hadir ketika anak membutuhkan saya, baik dalam situasi sulit seperti ketika mereka sakit, maupun pada momen-momen penting yang membentuk kenangan mereka. Dengan kehadiran saya, saya secara tidak langsung membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri,” kata Fairuz A. Rafiq, Aktor & Super Voluntyer Dompet Dhuafa.
6. Cari dukungan dari lingkungan
Jangan ragu meminta bantuan, baik dari pasangan, keluarga, maupun teman. Mendapatkan dukungan dari orang dekat dapat membantu Mama melewati masa sulit tersebut.
Mencari bantuan dari orang-orang lain yang pernah mengalami hal yang sama dapat memberikan inspirasi dan semangat baru. Moms tidak akan merasa terpisah dari yang lain dalam menjalani perjalanan ini.
7. Kurangi penggunaan media sosial
Sosial media seringkali menciptakan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Namun, ingatlah bahwa kehidupan yang terlihat di sosial media bukanlah berita yang sebenarnya.
Keluar dari rutinitas staycation; adil dan jangan membuat si anu rebut saudara-saudara yang sedang staycation.
8. Lakukan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain
Kesehatan mental tidak dapat dipisahkan dari laku baik. Melakukan kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain dapat meningkatkan perasaan bahagia dan juga kepuasan hidup.
Luangkan waktu untuk berbuat baik, seperti membantu orang lain atau merawat diri sendiri. Mama juga bisa mencoba melakukan hal-hal kecil, seperti memberikan pujian kepada diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan.
Melindungi kesehatan mental bukanlah kebiasaan mimpi orang, melainkan langkah penting untuk menjadi orangtua yang bahagia dan mendirikan keluarga yang harmonis.
Baca juga:
- 3 Tanda Anak Punya Pondasi Mental yang Sehat dan Cara Membiasakannya
- Tujuan dari tes ini adalah untuk mendeteksi gejala gangguan mental pada anak. Gangguan ini dapat berupa gangguan pribadi, afektif, agresif, konverg, atau kesehatan bentuk berbasis fisik. Perlu dihubungkan dengan hasil yang diperoleh dan risk assessment yang lengkap sebelum melakukan tes untuk mendeteksi gangguan mental hal ini.
- Tidak ada teks yang diberikan.