Sebanyak 57 titik panas (hotspot) terpantau oleh citra satelit Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru pada Kamis (1/5/2025) sore. Hotspot terbanyak terdeteksi di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 19 titik dan Bangka Belitung dengan 18 titik. Provinsi Riau sendiri mencatatkan 7 titik panas, tersebar di Kabupaten Kampar (1 titik), Pelalawan (3 titik), Siak (1 titik), dan Indragiri Hulu (2 titik).

Data ini menjadi sinyal awal meningkatnya potensi Karhutla, khususnya menjelang musim kemarau yang diprediksi mulai terjadi bulan Mei,” ujar Bella R. Adelia, petugas BMKG Stasiun Pekanbaru. Selain itu, hotspot juga terpantau di sejumlah provinsi lain seperti Aceh, Bengkulu, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Kepulauan Riau, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil.

Pemerintah Provinsi Riau langsung mengambil langkah preventif. Sebanyak 10 dari 12 kabupaten/kota di Riau telah menetapkan status siaga darurat Karhutla 2025. Hanya Kota Pekanbaru dan Kabupaten Rokan Hilir yang belum menyusul menetapkan status tersebut. Kepala BPBD dan Damkar Riau, M Edy Afrizal, mengatakan bahwa langkah siaga ini penting untuk mengantisipasi potensi bencana yang bisa terjadi secara tiba-tiba.

Penetapan status siaga ini dilakukan menyusul terdeteksinya titik-titik panas dan mengingat prediksi musim kemarau yang akan segera datang,” ungkap Edy. Ia juga menambahkan bahwa sinergi antara pemerintah daerah, TNI/Polri, dan masyarakat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan.

Kami mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Patroli lapangan akan terus kami tingkatkan,” tegasnya. BMKG memprediksi bahwa wilayah Riau akan mengalami penurunan curah hujan dan peningkatan suhu udara mulai Mei 2025. Kondisi ini rawan menimbulkan kekeringan yang berujung pada Karhutla, seperti yang kerap terjadi dalam beberapa tahun terakhir.